Karakter Kurikulum Prototipe
Ilham menjelaskan, pembelajaran diferensiasi adalah metode mengajar yang akan dikembangkan pada Kurikulum Prototipe untuk tahun pelajaran 2022-2023.
Menurutnya, pandemi telah mengubah tatanan di segala sektor, baik bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan pendidikan. Pada tahapan pemulihan pendidikan di Indonesia pemerintah dipatikan akan menerapkan Kurikulum Prototipe pada Sekolah Penggerak yang ditunjuk oleh pemerintah, yang pada akhirya akan diperlakukan pada seluruh satuan sekolah.
“Kurikulum Prototipe memiliki beberapa karakteristik utama untuk mendukung pemulihan pemberlajaran,” jelasnya.
Karakteristik kurikulum prototipe ada tiga yaitu: pertama, membangun soft skill dan karakter yang meliputi iman, takwa, dan akhlak mulia, gotong royong, kebinekaan global, kemandirian, nalar kritis, dan kreativitas.
“Kedua, berfokus pada materi esensial sehingga ada cukup waktu untuk pembelajaran yang medalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi,” terangnya.
Ketiga, fleskibelitas bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kemampuan murid (teach ot the right level) dan melakukan kesesuian dengan konteks dan mulatan lokal
Lalu bagaimana memulai pembelajaran diferensi? Ilham menguraikan, sebelum melakukan pembelajaran, guru menetukan capaian pembelajar (CP) setiap fase, yang terdiri dari tigafase. Yairu fase A terdiri dari kelas I dan II, fase B kelas III dan IV; dan fase C kelas V dan VI.
Selanjutnya CP diuraikan menjadi tujuan pembelajaran (TP). Tahap berikutnya menetukan alur tujuan pembelajaran (ATP) setiap kelas.
Setelah tahapan-tahapan ini telah dimatangkan oleh guru kelas pararel, maka bisa dikatakan pemelajaran diferensiasi akan bisa dimulai.
Pada akhir workshop Ilham menyampikan closing statement, “Untuk mengadapi Kurikulum Prototipe guru harus segera beradaptasi.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post