PWMU.CO – Tiga level memaafkan, ini yang paling bagus kata Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur (Jatim) Dr dr Sukadiono MM.
Dokter Suko, sapaannya, menjabarkan satu per satu level memaafkan saat menghadiri Halalbihalal yang diadakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) kabupaten Gresik, Ahad (5/5/2024). Lokasinya di Hall Sang Pencerah lantai 8 Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG).
Tiga level itu merujuk pada buku berjudul ‘Wawasan al-Quran’ karya Quraish Shihab. Suko menyebutkan, level itu terdiri dari al-Afwa, at-Takfir, dan as-Shaf. “Al-Afwa itu memaafkan tapi tidak bisa melupakan,” terangnya.
Suko mengumpamakan dengan kertas putih bertuliskan pensil. Kalau tulisannya salah maka dihapus dengan penghapus pensil. “Meski sudah dihapus tapi ada bekasnya,” ujarnya.
Untuk level berikutnya, at-Takfir (menutupi), Suko menggambarkan, “Ya saya maafkan tapi kalau ada apa-apa jangan minta tolong aku.”
Ia mengibaratkan, “Kalau ada kertas putih ditulisi pulpen lalu tulisannya salah, ditutup dengan tipe-x. Tetap ada bekasnya.”
Berbeda dengan as-Shaf. “Kalau ada kertas putih yang salah tulis dengan bolpoin atau pensil, buang aja (kertasnya) ganti dengan kertas yang baru,” terangnya.
Tingkat (level) yang paling tinggi kata Suko ialah as-Shaf di mana orang bisa memaafkan dengan berlapang dada. “Bisa memaafkan sekaligus melupakan dan berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat salah kepada kita,” imbuhnya.
Simbol dari as-Shaf, lanjutnya, ialah mushafahat, berjabat tangan memaafkan. “Salaman dengan wajah penuh senyum itu simbolisasi ketulusan kita di dalam memberikan maaf kepada orang lain,” ungkapnya.
Tiga Karakter Manusia
Suko lanjut mengungkap tiga karakter manusia berdasarkan Psikologi. Pertama, enduring resentment. “Karakter seseorang sulit memaafkan kesalahan orang lain. Kakunya nemen. Pokoknya disuruh memaafkan sulit,” terangnya.
Kedua, sensitivity to circumstances. Yakni karakter orang yang memaafkan orang lain kalau terpaksa. Suko mencontohkan, ada anggota PCM bersalah lalu dipanggil ketua PCM. “Karena ada ketua PDM, maka dimaafkan. Tapi karena terpaksa,” jelasnya.
Suko pun menukil Ali Imran ayat 134.
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
Suko mengartikan, ” Orang bertakwa itu gemar berinfak di kala lapang atau sempit. Bisa menahan amarah sekaligus memaafkan kesalahan orang lain.”
Suko meyakini, orang yang bisa menenangkan emosi biasanya gampang memaafkan orang lain. “Tapi kalau orang itu tidak bisa memaafkan, sumbu pendek, gampang marah dan tersinggung, biasanya susah memaafkan orang lain,” ungkapnya.
Adapun karakter ketiga ini menurutnya paling bagus. Yakni orang yang bisa memberi maaf atas kesalahan orang lain dengan ikhlas, dia lupakan sekaligus bisa berbuat kebaikan pada orang lain. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post