The Power of Love Muhammadiyah oleh Nurbani Yusuf, Komunitas Padhang Makhsyar.
PWMU.CO- Inilah gerakan paling eksotik di sepanjang abad. Terus memesona dengan ijtihad dan pikiran maju. Inilah tasawuf cinta yang aku pahami.
The whispers in the morning
Bisikan di pagi Subuh
Of lovers sleeping tight
Dari para kekasih yang tidur lelap
Are rolling like thunder now
Bergemuruh bagai guntur
As I look in your eyes
Seperti yang kulihat di matamu
I hold on to your body
Kurengkuh tubuhmu
And feel each move you make
Dan kurasakan tiap gerakanmu
Your voice is warm and tender
Suaramu hangat dan lembut
A love that I could not forsake
Cinta yang tak bisa kuabaikan
Penggalan syair The Power of Love yang dinyanyikan Celine Dion ini menarik. Sengaja bukan rujukan al-Quran apalagi hadits untuk menggambarkan gemuruh cintaku pada Persyarikatan. Warisan kebanggaan keluarga yang paling aku cintai dibanding kebun, ladang, sawah, kerbau, kambing atau rumah yang aku tempati.
Lantas apa pasal? Setidaknya dua yang terakhir di penghujung tahun 2021 cukup menghentak. Dua amal usaha Muhammadiyah berdiri. Satu perguruan tinggi di negeri jiran Malaysia dan satu college di negeri Kanguru Australia. Setelah sebelumnya dua perguruan tinggi dipersembahkan ibu-ibu cantik: Aisyiyah. Tak terukur berbunganya hatiku.
Bagi saya aktivis Muhammadiyah sejak lahir, sebenarnya hal ini adalah biasa, sesuatu yang lazim, sehingga kerap tidak menjadi berita penting, karena di Muhammadiyah terlalu sering terjadi peristiwa penting.
Berbagai amal usaha terus berdiri mulai dari PAUD, taman kanak-kanak, perguruan tinggi, klinik rumah sakit, bait amal, Logmart dan entah apalagi. Hal yang lumrah terjadi setiap hari di Persyarikatan. Muhammadiyah harakah kami, beramal jalan hidupku. Ridha Allah tujuan akhirku.
Saya hanya ingin mengajak merenung sedikit: kenapa ini terjadi. Apa yang diinginkan sehingga seakan semua berlomba berbuat bajik. Seolah tidak terbendung. Para pimpinan dan pengurus tak ingin memiliki meski terus menjaga merawat dan mengembangkan dengan sepenuh pikiran, sepenuh tenaga, waktu dan harta tidak berbilang.
Para jamaah seperti tak jemu memberi. Semua dalam satu derap seperti orkestra: menebar manfaat bagi banyak orang. Dengan prinsip sebaik-baik kalian adalah yang banyak memberi manfaat bagi orang lain.
Dengan begitu setiap kita berlomba berbuat bajik, inilah buah cinta tidak berbatas.
Mungkin Mbak Celine Dion yang bisa menjelaskan perihal cintaku pada Persyarikatan ini. Lewat lagu fenomenalnya The Power of Love itu. Bahkan Soekarno menangis dan bermohon: Jangan pecat aku dari Muhammadiyah, saat konflik memuncak dengan para kader yang lain karena berbeda cara sedikit.
Diundang pengajian masjid depan rumah dan urunan sedikit kue adalah bahagiaku yang lain. Matur nuwun Mbak Celine Dion telah gambarkan isi hatiku. (*)
Editor Sugeng Purwanto