Siti Badilah Murid KH Ahmad Dahlan, Dakwahnya ke Semua Lapisan Sosial, oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku KH Ahmad Dahlan, Gelegak Dahwah Sang Penggerak
PWMU.CO – Siti Badilah adalah salah satu kader terbaik Ahmad Dahlan. Dia cerdas dan pemberani. Pandangannya luas dan pendiriannya kukuh.
Siti Badilah lahir di Yogyakarta pada 1904. Dia termasuk salah satu dari sejumlah murid perempuan KH Ahmad Dahlan, di awal-awal, yang disiapkan sebagai pemimpin yang cakap.
Siti Badilah termasuk yang memanfaatkan sekolah untuk belajar setelah Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Tentu, karena di kala itu sikap yang demikian tersebut tak biasa, maka ada tentangan dari masyarakat setidaknya di permulaan pelaksanaannya.
Adapun di antara murid-murid perempuan Ahmad Dahlan selain Siti Badilah, adalah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro, dan Siti Wadingah. Mereka ini murid-murid lulusan Sekolah Netral yang pada sore harinya dikumpulkan oleh Ahmad Dahlan dan digembleng dengan pelajaran keagamaan.
Pada 1913, Ahmad Dahlan mendorong para gadis di Kauman untuk masuk ke sekolah Belanda. Tiga gadis yang mengawali tradisi baru di Kampung Kauman adalah Siti Bariyah, Siti Wadingah, dan Siti Dawimah. Mereka masuk di Neutraal Meisjes School (biasa disebut Sekolah Netral) di Ngupasan Yogyakarta. Siti Badilah, bersama beberapa yang lain, adalah generasi kedua yang bersekolah di situ.
Didikan MULO
Siti Badilah selain mendapat pendidikan langsung dari Ahmad Dahlan dan di Sekolah Netral, dia juga mendapat didikan dari guru-guru MULO yang progresif.
Di sekolah yang disebut terakhir itu, Siti Badilah punya kenangan yang baik. Kata Siti Badilah, guru-guru pada masa itu betul-betul ahli sehingga segala pelajaran yang diberikan benar-benar tersimpan di otak para pelajar untuk waktu yang lama.
Saat bersekolah, Siti Badilah dikenal sebagai salah satu murid yang cerdas dan pemberani. Siti Badilah bisa menamatkan pendidikan MULO. Dia fasih berbahasa Belanda dan mampu berbahasa Inggris. Tak hanya itu, dia faham bahasa Arab.
Bahasa Arab dipelajarinya sejak mengaji kepada sepasang gurunya, Ahmad Dahlan dan Siti Walidah. Bahasa Inggris dia dalami di luar sekolah dengan banyak membaca buku-buku serta kamus Inggris.
Setamat dari MULO, Siti Badilah sering mendapat tugas dari Ahmad Dahlan untuk berdakwah di kalangan kaum terpelajar. Siti Badilah sering ditugasi bertabligh di kweekschool, baik di Yogyakarta maupun di luar kota. Untuk itu dia selalu mempersiapkan materi dakwahnya dengan membaca berbagai macam buku dan ensiklopedi, baik yang berbahasa Inggris maupun Belanda. Tersebab itu, maka materi dakwah Siti Badillah terasa aktual. Atas hal ini, bahkan seorang guru Belanda pun memujinya.
Siti Badilah muballighah yang tangguh. Dia disebut sebagai muballighah tiga zaman. Hal ini mudah dimengerti karena sejak remaja dia telah bertabligh. Dengan demikian, tampak bahwa aktivitas dakwah dia terentang pada tiga masa yaitu zaman kolonial, zaman kemerdekaan, dan era Orde Baru.
Baca sambungan di halaman 2: Semangat Mengabdi