
Bangkrut di Akhirat
Tetapi yang wajib kita hindari adalah kebangkrutan di akhirat nantinya. Karena bagi yang mengalami kebangkrutan di akhirat sungguh sangatlah merugi dan akan mengalami penyesalan terus-menerus. Sedangkan jika bangkrut di dunia masih ada kesempatan untuk memperbaikinya. Maka kewaspadaan terhadap terjadinya kebangkrutan di akhirat haruslah menjadi perhatian utama.
Apa yang digambarkan dalam hadits di atas sungguh sangat menyentakkan jiwa. Bagaimana tidak, seseorang yang senantiasa melakukan berbagai macam ibadah termasuk shalat, puasa dan zakat, tetapi semua itu akhirnya tidak bernilai dan bermanfaat secara langsung kepada diri sendiri.
Hal ini disebabkan karena kita tidak dapat menjaga hubungan baik dengan sesama. Sehingga ibadah tersebut tidak berdampak positif secara maksimal. Dan jika telah demikian maka jadilah kebangkrutan tersebut. Dan sungguh kebangkrutan di dunia saja sudah sedemikian menyedihkan dan menimbulkan penyesalan yang luar biasa, apalagi jika ini terjadi di akhirat. Na’udzubillah min dzalik!
Seimbang Vertikal dan Horizontal
Maka hubungan baik manusia dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala lewat ibadah mahdhah, belumlah memberikan jaminan bahwa pelakunya dipastikan akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak. Hal ini tentu harus diimbangi pula dengan hubungan baik dengan sesama manusia. Sehingga hablumminallah dan hablumminannaas adalah satu kesatuan yang harus senantiasa dijaga dengan sebaik-baiknya.
Lebih menyedihkan lagi jika seorang hamba tidak dapat menjaga dengan baik ibadah mahdhah-nya tersebut, sementara hubungan sesama manusia juga sama buruknya. Pasti yang akan dideritanya kelak adalah semakin banyaknya kerugian atau dosa orang lain yang akan dipikulnya, sebagai ganti kedhaliman yang dilakukannya kepada orang lain.
Ibadah shalat, puasa, zakat, dan bahkan ibadah haji memang memberikan pahala besar di sisi Allah Subhanahu wa Taala. Tetapi sebagaimana hadits di atas, kelak di yaumul hisabatau hari perhitungan, dikarenakan kesalahan menyakiti hati orang lain menyebabkan pahala dari ibadah-ibadah tersebut habis untuk diberikan kepada orang-orang yang telah didhaliminya tersebut. Sehingga yang ada tinggal dosa-dosa tanpa pahala sedikit pun, maka inilah yang menyebabkan ia akan dilemparkan ke dalam neraka.
Sungguh kehidupan dunia yang begitu indah ini sangatlah merugi jika kita tidak dapat meraih surga nantinya. Maka kesempatana ini haruslah dimanfaatkan sebaik-baiknya dan jangan di sia-siakan. Berbuat yang terbaik dengan seluruh potensi yang Allah anugrahkan kepada kita merupakan keniscayaan. Sehingga doa yang kita panjatkan untuk mendapatkan bahagia dunia akhirat benar-benar harapan yang dapat menjadi kenyataan.
Keadilan Ditegakkan
Allah Subhanahu wa Taala menegakkan keadilan bagi siapa saja tanpa kecuali. Siapa saja yang pernah dizalimi di dunia pasti nantinya akan dihadirkan untuk ditegakkannya keadilan tersebut. Sehingga tidak ada lagi seorang pun yang masih merasa terdhalimi di akhirat nantinya. Semua akan merasakan keadilan yang sebenar-benarnya. Baik mereka yang beriman ataupun yang kafir kepada Allah. Sehingga dengan perhitungan dan keadilan tersebut, setiap manusia akan menyadari akan tanggung jawab dari apa yang telah dilakukannya sewaktu di dunia. Dan termasuk pula adalah konsekwensi yang harus diterima dari perbuatannya tersebut yakni apakah akan dimasukkan ke dalam syurga atau neraka.
Maka kesadaran akan hal ini mestinya tetap menjadi perhatian utama bagi setiap hamba. Sehingga nantinya tidak terjadi suatu penyesalan karena sikap dan sifat yang tidak semestinya sewaktu hidup di dunia yang sangat sementara ini. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Muflis, Orang yang Bangkrut di Akhirat adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 10 Tahun XXVI, 29 Januari 2022/25 Jumadil Tsani 1443