PWMU.CO – Dalam persidangan kasus penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kemarin (10/1), nama Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak ikut disebut.
Selain mengaku dekat dengan Pemuda Muhammadiyah –yang juga pertanyakan kenapa dilaporkan ke polisi–, Ahok juga mengaku pernah dinobatkan sebagai model Gubernur yang Antikorupsi oleh Madrasah Antikorupsi dan Pemuda Muhammadiyah.
[Baca juga: Ini Sikap PP Muhammadiyah tentang Status Tersangka Ahok]
Terkait dengan 2 pernyataan itu, Dahnil yang malam tadi berangkat mengikuti kegiatan sepekan di Amsterdam, L’ex, dan Paris, menyampaikan penjelasan tentang masalah itu. Berikut adalah klarifikasinya, yang Redaksi muat dengan utuh dengan sedikit editing tanpa menghilangkan substansi. Redaksi
***
Sikap saya terkait dengan Pengakuan Ahok;
Terkait dengan pernyataan Ahok di dalam persidangan hari Ini (kemarin (10/1, red) di Pengadilan. Pertama. Dekat dengan saya dan bisa berkomunikasi Langsung dengan saya, serta mempertanyakan kenapa Pemuda Muhammadiyah melalui Pedri Kasman harus lapor Ahok ke Polisi?
[Baca juga: Ketum PP Muhammadiyah: Tiga Hal yang Membuat Kasus Ahok Jadi Sorotan]
Kedua. Ahok Mengaku bahwa dia pernah dinobatkan sebagai model Gubernur yang Antikorupsi oleh Madrasah Antikorupsi dan Pemuda Muhammadiyah beberapa waktu yang lalu?
Saya ingin menjawab dan menjelaskan sebagai berikut;
Pertama, Saya merasa terhormat Ahok mengaku kenal baik dengan saya sama seperti dia mengaku kenal baik dengan Buya Syafii Maarif. Jauh sebelum pernyataan Ahok terkait dengan Surat Al Maidah 51, saya dan kawan-kawan masyarakat Sipil kagum dengan keberanian Ahok melawan dugaan praktik rente dan bancakan APBD DKI yang diduga dilakukan oleh anggota DPRD dan Birokrasi DKI Jakarta.
Keberanian seperti itu jarang ditunjukkan oleh beberapa kepala daerah yang ada di Indonesia, sehingga sebagai Penggiat Antikorupsi, saya beberapa kali bertemu dengan Ahok bersama kawan-kawan Penggiat Antikorupsi lainnya.
[Baca juga: Ahok Resmi Tersangka, Silaturahmi Ormas Islam Keluarkan 5 Penyataan Bersama]
Bahkan, Ahok kami undang ke acara Diskusi Rutin Madrasah Antikorupsi di Menteng Raya 62 dua tahun lalu tepatnya tanggal 12 April 2015. Dalam beberapa kesempatan saya ikut memberikan pandangan di media terkait dengan sikap Ahok melawan DPRD Bersangkutan dengan Kasus UPS. Bahkan, saya seringkali menasehati Ahok terkait dengan ucapan-ucapan kasar dia di beberapa media seperti Kompas TV, saat itu, yang bagi saya adalah sikap Niradab.
Nasihat-Nasihat agar Ahok lebih baik selalu saya sampaikan melalui Pesan WhatApps. Namun, pesan-pesan nasehat dan komunikasi dengan Ahok langsung tidak lagi saya lakukan secara intens ketika saya sadar Ahok tetap terus melakukan kebijakan yang tidak berpihak membela kaum miskin melalui penggusuran secara massif dan muncul berita Indikasi dugaan korupsi pada Kasus Reklamasi dan Rumah Sakit Sumber Waras yang diduga melibatkan banyak pihak. Juga ketika KPK meminta keterangan Ahok terkait kedua kasus tersebut, serta dugaan potensi korupsi pada diskresi yang dibuat Ahok seperti banyak diulas media seperti Tempo.
[Baca juga: 5 Petisi Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia untuk Penuntasan Kasus Ahok]
Jadi, tidak ada kaitannya, kedekatan saya dengan Ahok dengan pelaporan Polisi terhadap Ahok terkait dengan Kasus penistaan Agama yang dilakukan Ahok. Justru seharusnya Ahok sudah mendengarkan dan mengikuti nasihat yang kami sampaikan terkait dengan ucapan-ucapan yang tidak pantas disampaikan yang Niradab tersebut.
Apa yang dilaporkan Pedri Kasman adalah mandat dari saya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Jadi keliru bila Ahok menyerang Pedri tidak mewakili Pemuda Muhammadiyah.
[Baca juga: Pesan Din Syamsuddin untuk Bangsa Berkaitan dengan Ahok]
Kedua, Pemuda Muhammadiyah pernah mengundang saudara Ahok Dalam Diskusi Madrasah Antikorupsi di Menteng Raya 62, dua tahun lalu, tepatnya tanggal 12 April 2015, bersama Walikota Cilegon Iman Aryadi, Koordinator ICW Ade Irawan dan saya sendiri sebagai Pembicara saat itu.
Namun, Pemuda Muhammadiyah melalui Madrasah Antikorupsi yang berkomitmen merawat budaya antikorupsi melalui pendidikan Antikorupsi untuk kaum muda, tidak pernah menobatkan secara resmi Ahok sebagai tokoh atau kepala daerah yang pantas menjadi model Antikorupsi seperti yang disampaikan oleh saudara Ahok
Saya hanya menyampaikan kepala daerah perlu mencontoh Ahok terkait dengan keberanian melawan potensi korupsi yang mungkin dilakukan oleh DPRD pada saat itu terkait dengan Kasus UPS. Walaupun pada akhirnya saya dan kawan-kawan Madrasah Antikorupsi merasa terkecoh dengan model pencitraan Ahok.
[Baca juga: Kisah Haedar Nashir tentang Isi 2 Kali Pertemuan dengan Presiden Jokowi Soal Ahok]
Alhamdullilah, saya dan kawan-kawan masyarakat sipil antikorupsi diingatkan oleh banyak pihak terkait Ini, sehingga kami sama sekali tidak berkenan lagi menghubungkan Ahok dengan komitmen Antikorupsi karena kami nilai faktanya justru sebaliknya. Jadi, bagi kami, Pemuda Muhammadiyah dan Madrasah Antikorupsi, saat ini, Ahok sama sekali bukan model kepala daerah yang Antikorupsi.
Nah, terkait dengan dua pernyataan Ahok Di atas semuanya tidak ada kaitannya dengan pelaporan penistaan Agama yang dilakukan oleh Ahok, yang diwakili pelaporannya oleh Pedri Kasman yang mewakili Pemuda Muhammadiyah secara resmi. (paradis)