Amma menceritakan, sebelum bencana Aceh tahun 2014, Muhammadiyah sudah membentuk Badan Koordinasi Penanganan Bencana. Tapi tugasnya hanya sebatas melakukan respon dengan mengirimkaan bantuan. “Padahal dalam penanganan bencana perlu kesiap-siagaan, recovery dan mitigasi,” terang Amma.
Baru tahun 2004, saat gempa yang diikuti dengan tsunami di Aceh, Muhammadiyah mendirikan Posko. “Dan saya ditunjuk langsung oleh Pak Din Syamsuddin (Wakil Ketua PP Muhammadiyah saat itu, red), sebagai program manager,” ujarnya. “Pak Din minta saya menangani semua finding yang lewat Muhammadiyah saat itu.“
(Baca juga: Pulang dari Penggalangan Dana untuk Banjir Garut, Ketua LPB Madiun Wafat dalam Kecelakaan Lalu Lintas)
Untuk tugas itu Amma harus bolak balik ke Aceh. Menurutnya, di Aceh itu merupakan kerja Muhammadiyah yang paling besar. “Selama satu tahun saya di sana. Pekerjaan yang sangat berat adalah mengelola uang milyaran,“ ungkapnya mengenang bencana terbesar sepanjang tahun 2004 itu.
Amma menuturkan, ada yang sering terlupakan ketika penanganan bencana di berbagai daerah yaitu empati kepada perempuan dan anak-anak. “Coba lihat bantuan yang banyak pasti mie instan. Tidak banyak yang mengirim kebutuhan perempuan, pampers anak, susu, dan mainan anak.”
(Baca juga: Modul Penanggulangan Bencana MDMC Diterapkan di RS Pemerintah)
Jadi, menurut Amma, bantuan sering tidak ramah perempuan dan anak. “Mindset ini yang harus diubah.” Sikap inilah yang membuat Amma disegani di mata internasional. Amma sering ditunjuk sebagai SC di berbagai even internasional terkait kebencanaan.
Menyinggung bencana Bima Amma menyarankan bahwa yang sangat dibutuhkan itu adalah perlengkapan sekolah, seperti seragam, buku paket, alat tulis, komputer, dan alat permainan.
Pascaperistiwa Aceh, tutur Amma, Muhammadiyah mulai berfikir punya unit usaha sendiri mengingat ketika terjadi bencana, banyak sekali kerusakan pada amal usaha Muhammadiyah. “Maka, pasca-Muktamar tahun 2010 dibentuk Lembaga Penanganan Bencana (LPB), yang lebih dikenal dengan MDMC setelah menjajaki kerja sama dengan berbagai negara,” ungkap dosen tamu di UGM ini.
(Baca juga: Serius Jelaskan Kiprah Internasional MDMC, Berhenti Sejenak karena Difoto)
Rupanya menangani bencana berimbas pada kehidupan Amma. Pengalamannya dalam penanganan bencana pernah mengantarkannya ke New York untuk memenuhi undangan PBB dalam agenda Global HumanitarianPolicy Forum.
Mantan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah ini juga tiap bulan keluar negeri untuk mempresentasikan tentang kebencanaan. “Sudah 32 negara yang mengundang saya. Dan itu berawal dari kemampuan saya ‘menjual’ NA di mata dunia. Karena itu pula Muhammadiyah semakin dipercaya di dunia. Selamat Bu! Ternyata, di dalam bancana selalu ada hikmah dan berkah. (MN)