Suara Hafidh Quran Pondok Ini Menembus Langit laporan Timur Aji Hantoro, kontributor Ponorogo.
PWMU.CO– Suara bacaan ayat al-Quran terdengar hampir di setiap sudut gedung itu sepanjang hari. Di kamar tidur, di teras, aula, taman, mushala, bahkan di kamar mandi.
Bacaan tartil itu dilafalkan santri-santri Pondok Pesantren Tahfidz Al-Quran (PPTQ) Ahmad Dahlan Ponorogo. Lokasinya di Jl. Abiyoso, Mangunsuman, Siman, Ponorogo. Ini kampus putra.
Suasana sama juga terjadi di kampus putri. Terletak di Jl. Karimata 5D dan Jl. Puspowarno, Mangkujayan, Ponorogo. Para santri itu berusaha keras menghafal surat-surat al-Quran. Ada juga yang murajaah atau mengulang hafalan.
Suara hafidh tartil ayat Quran itu membuat pondok Muhammadiyah ini tak pernah sepi. Di waktu malam suara bacaan Quran itu terdengar makin syahdu terdengar menembus dinding kampus menuju langit yang jauh.
Tiga kampus pesantren penghafal Quran itu kini menampung 210 santri. Mereka dibina oleh 25 asatidz-asatidzah yang juga mukim di pondok.
Direktur PPTQ Ahmad Dahlan, Sutikno SUd, menjelaskan, tahfidh Quran menjadi program unggulan pesantren ini. Proses pembelajaran tahfidh dilaksanakan sebanyak 50 persen dari kurikulumnya.
”Santri setoran hafalan Senin sampai Jumat kepada musrifnya minimal satu halaman atau 15 baris ayat al-Qur’an. Setoran hafalan di waktu bakda Subuh sampai pukul 06.30,” kata Sutikno yang lulusan Fakultas Ushuluddin IAIN Ponorogo.
Sore hari, sambung dia, santri murajaah hafalan kepada musrifnya setiap 2,5 lembar. Ada juga yang seperempat juz.
Di pesantren ini, kata Sutikno, setelah santri hafal satu juz maka diadakan ujian atau tasmi’ hafalan bersama halaqahnya. Ujian diadakan setiap satu juz, lima juz, 10 juz dan 30 juz sekali duduk.
Saat ujian santri membentuk halaqah atau kelompok terdiri dari 10 sampai 15 anak berdasarkan level bacaan yang telah mereka kuasai. Tiap halaqah dipandu seorang musrif atau musrifah hafidh.
Tugas musrif/musrifah menerima setoran bacaan dan mencatatnya di buku mutabaah. Musrif juga mengoreksi, mengevaluasi bacaan dan kemajuan hafalan santri.
”PPTQ Ahmad Dahlan mematok hafalan minimal untuk santri SMP dan SMA 15 juz, santri Ma’had Aly 30 juz,” ujar Sutikno yang hafidh alumnus Pesantren Baitul Quran Depok.
Bulan Maret 2022 ini, dua santri sudah menyelesaikan hafalan 30 juz. Dia adalah Haryuni. Santri Program Ma’had Aly dari Pudak Ponorogo. Dia menyelesaikan hafalan 30 juz dalam waktu satu tahun enam bulan delapan hari.
Santri kedua Astrid Miranti berasal dari Mlarak, Ponorogo. Santri ini juga menyelesaikan hafalan 30 juz satu tahun enam bulan delapan hari juga.
Sejarah PPTQ
Sutikno menceritakan, PPTQ Ahmad Dahlan berdiri atas amanat Musyawarah Daerah (Musyda) PDM Ponorogo tahun 2005.
”Gagasan mendirikan pesantren muncul melihat kebutuhan umat yang masih minim akan kader yang paham al-Quran dengan baik,” kata Sutikno yang kini kuliah S2 di Unmuh Ponorogo.
PPTQ Ahmad Dahlan diresmikan tanggal 7 Juli 2007 M atau 22 Rajab 1428 H di zaman Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ponorogo Drs Aris Sudarly Yusuf periode 2000-2010.
Awalnya pesantren ini berdiri di atas tanah wakaf seluas 200 meter persegi. Semula pesantren ini bernama Tahfidh wa Tahfim Ahmad Dahlan Ponorogo. Programnya penampung asrama putra. Para santri bersekolah di luar pesantren. Sore dan malam mengikuti program tahfidh dan diniyah.
Tahun 2013 PPTQ Ahmad Dahlan membuka pondok putri dengan program Ma’had Aly atau takhasus. Sekarang PPTQ Ahmad Dahlan telah memiliki tanah 3.500 meter persegi di tiga lokasi. Lalu membangun pondok atau asrama bagi santrinya untuk mukim.
Juga mendirikan SMP, SMA, Ma’had Aly sehingga santri tak lagi sekolah di luar. Kini suara hafidh Quran di pondok ini selalu terdengar menyentuh hati setiap hari. (*)
Editor Sugeng Purwanto