PWMU.CO– Imam Tarawih itu baru kelas 5 santri Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta. Dia Asya Hujjah El Imani Mahmudatan. Usianya 16 tahun. Dia menjadi imam Tarawih di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan kelas II A Kebonsari Sukun Kota Malang, Sabtu (2/4/22).
Suara yang merdu saat membaca ayat-ayat al-Quran dengan tajwid dan makhraj yang bagus, membuat jamaah sangat khusyuk.
Santri kelas 5 jurusan agama itu membacakan beberapa surat dalam juz 30, juga bagian surat al-Baqarah, at-Tahrim, Muhammad, Mumtahana, al-Fath, al-Hujarat, dan an-Najm.
Usai shalat Tarawih banyak jamaah yang berebut berjabat tangan. Asya menyambut tangan jamaah dan berusaha untuk menciumnya, tapi dengan cepat para jamaah menarik tangannya.
Jamaah ada yang meneteskan air mata haru bisa menjalankan puasa dan shalat bersama. Kerinduan kepada keluarga, anak, suami, saudara terobati imam muda ini.
”Masyaallah umur berapa, Mbak? Dulu masih kecil diajak Mamanya saat jadi imam dan ceramah di sini, eh sekarang sudah bisa ngimami,” ujar salah seorang jamaah.
Senada disampaikan petugas Lapas Christin Ariyanti Santoso. Dia bangga pada Asya. Meski masih belia tapi sangat tenang dan percaya diri saat menjadi imam.
”Oh masih kelas dua SMA ya. Pinter sekali, bagus bacaannya semua jamaah khusyuk. Terima kasih banyak ya. Semoga semakin sukses,” kata Christin. Kelas 5 Muallimat Yogya setara dengan kelas 2 SMA.
Pengalaman Pertama
Menjadi imam di Lapas Wanita Malang pada Ramadhan 1443 H menjadi pengalaman pertama bagi Asya, anak kelahiran Malang ini.
Memang masih malu-malu saat mengajak para jamaah meluruskan dan merapatkan shaf , sehingga mengundang senyum gemes para jamaah.
Namun hal tersebut tidak mengurangi kekhusyukan. Mulai dari rakaat pertama shalat Isya hingga salam rakaat terakhir shalat Witir.
”Ini pengalaman pertama buat saya. Saya bersyukur dan senang dengan tugas ini. Berjalan dengan tertib, khusyuk, dan tumakninah insyaallah,” katanya.
”Terima kasih banyak Aisyiyah Kota Malang memberikan kesempatan, memercayakan tugas ini pada saya. Ini kesempatan yang luar biasa. Moment untuk belajar,” ujarnya.
Penulis Uzlifah Editor Sugeng Purwanto