PWMU.CO– Pengurus Panti Muhammadiyah belajar Basic Life Support di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya Gedung G Kampus Sutorejo, Senin (11/4/2022).
Acara ini program pengabdian kepada masyarakat dua dokter dan merayakan milad Fakultas Kedokteran ke-6.
Ada 15 perwakilan pengurus Panti Asuhan Muhammadiyah se-Surabaya mengikuti Basic Life Support (BLS) atau bantuan hidup dasar ini. BLS adalah usaha awal untuk mengembalikan fungsi pernafasan pada seseorang yang henti jantung.
Pelatihan dipandu dokter spesialis jantung dr Irma Kartikasari SpJP. Dia mempraktikkan cara memberikan bantuan dasar BLS kepada pasien yang tidak sadarkan diri.
Dalam peragaan memakai empat boneka manusia yang dibaringkan di lantai. Peserta mendengarkan ulasan di sampingnya.
Dokter Irma menjelaskan, langkah memberikan bantuan pada pasien yang tidak sadarkan diri itu disingkat DRSCAB (Danger, Response, Shout for help, Circulation, Airways, Breathing).
Danger
Pastikan keamanan penolong, keamanan pasien, dan lingkungan kejadian. Menggunakan alat pelindung diri (APD), mengantisipasi darah atau cairan tubuh yang keluar.
”Seperti pada korban kecelakaan bisa juga korban luka bakar pastikan pasien kita amankan dulu di zona hijau,” kata dr Irma.
Response
Cek respon korban. Untuk mengetahui kesadaran pasien pertama disapa dulu. Apakah ada respon dari pasien. ”Kita panggil apakah ada jawaban atau diam saja,” ujarnya.
Shout for help
Teriak minta tolong apabila pasien tidak sadarkan diri. Karena kita tidak bisa sendirian, telepon ambulans, minta tolong kepada orang terdekat untuk panggilkan petugas medis.
Mengambil alat AED (Automated External Defibrillator) adalah alat medis menganalisis irama jantung secara otomatis kalau ada. Tetap bersama korban.
Circulation
Cek nafas dan nadi bersamaan. Kurang dari 10 detik berhenti atau tidak. Bila tidak sadar kita anggap pasien henti jantung. Tekan dada posisi jantungnya dengan pasien ditelentangkan bajunya dibuka.
Posisi penolong berlutut di samping pasien. Tangan menekan-nekan dada. Penekanan sebanyak 30 kali dengan kedalaman 5-6 cm. Lokasi penekanan pada pertengahan dada di bawah tulang sternum.
”Dada pasien diharapkan bisa mengembang dan tetap memijatnya. Harus ada yang menggantikan apabila lelah memijat,” ujarnya.
Airways
Langkah berikutnya memeriksa jalan nafas (airways). ”Apakah terdengar suara ngorok atau ada suara dari tenggorokan. Kalau terdengar, kepalanya diangkat, dagunya diangkat,” ujarnya.
Hati-hati kalau korban kecelakaan. Diperiksa ada cedera leher apa tidak. Kalau ada tidak boleh mengangkat leher.
Breathing
Bantuan pernafasan. ”Apakah nafasnya sudah cukup, apa masih perlu dibantu. Tetapi ini tugas paramedis,” ujarnya.
”Yang terpenting pada saat kita melakukannya kita harus yakin dan bisa menjadi leader bagi orang yang ada di sekitar kita. Kalau memang ada keluarganya, izin dulu. Memberitahu kita pernah mengikuti pelatihan BLS,” terangnya.
Selanjutnya peserta mempraktikkan pertolongan pertama metode DRSCAB dengan empat boneka robot.
Dia menjelaskan, penanganan satu menit setelah kejadian, atau lima menit setelah kejadian hasilnya akan beda.
Resusitasi
Acara dibuka oleh dr Muhammad Perdana Airlangga SpJP. Dalam sambutannya, dia mengatakan, pelatihan bantuan dasar hidup (Basic Life Support) dalam bahasa kedokteran yaitu resusitasi.
Resusitasi, terang dia, artinya segera menangani kasus henti nafas atau jantung berhenti. Ini sangatlah penting karena henti jantung tidak terjadi di rumah sakit saja tetapi di sekitar kita dan sehari-hari bisa saja terjadi.
”Di luar negeri pelatihan seperti ini sudah sering dilaksanakan. Kepedulian, tindakan, dan fasilitasnya memang ada. Seperti alat pendeteksi jantung Automated External Defibrillator (AED) sehingga untuk menurunkan angka kematian,” katanya.
Sementara di Indonesia, sambung dia, semua fasilitas umum belum menyeluruh mempunyai alat AED. Memang harganya juga tidak murah. Hanya beberapa tempat umum saja seperti airport disediakan.
Penulis Nashiiruddin Editor Sugeng Purwanto