Amalan yang Lebih Utama dari Puasa, Shalat, dan Sedekah, oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Amalan yang Lebih Utama dari Puasa, Shalat, dan Sedekah berdasarkan hadits riwayat Trimidzi:
عن أبى الدرداء رضي الله عنه قال قال رسول الله صل الله عليه وسلم: ألا أُخبرُكَ بأفضلَ مِنْ درجةِ الصيامِ و الصلاةِ و الصدقةِ؟ قالوا: بلى, قال: إصلاحُ ذاتِ البينِ, فإِنَّ فسادَ ذاتِ البينِ هيَ الحالِقَةُ. رواه الترميذى
Dari Abu Darda’ radliyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Maukah kalian Aku beritahu yang lebih utama dari puasa, shalat, dan sedekah? Mereka menjawab: “Ya”, Rasulullah bersabda: “Berinteraksi sosiallah yang baik, karena interkasi sosial yang buruk itu memangkas.” (HR Tirmidzi)
Bi Afdhal
Bi aflal berarti dengan yang lebih utama. Dalam hadits di atas Rasulullah bertanya kepada para sahabat tentang aktivitas atau perilaku yang lebih utama dari puasa, shalat, dan sedekah.
Para sahabat adalah orang-orang yang haus akan ilmu dan selalu menunggu untuk mendapatkan sesuatu kebenaran dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam. Maka ketika ditanya tentang sesuatu yang baik maka serentak tanpa berpikir panjang mereka menjawab bala, yang berarti ya mau. Bukan sekadar ingin tahu tetapi mau pakai banget.
Begitulah jiwa para sahabat. Mereka memiliki rasa ingin tahu terhadap kebenaran agama ini begitu menggebu-gebu. Karena begitulah kebutuhan mereka dalam hidupnya, kebenaran di atas segala-galanya bahkan di atas kepentingan dirinya sendiri.
Maka sudah selayaknya mereka termasuk kurun yang terbaik, karena bagi mereka usia berapapun tidak masalah, karena yang penting bagi mereka adalah beribadah dan selalu beribadah dalam hidupnya. Termasuk jika perintah jihad telah datang, mereka akan bersegera menyongsongnya.
Sehingga ketika ada pertanyaan, mengapa dengan kehidupan sebentar seseorang dapat masuk surga dengan selama-lamanya, demikian pula sebaliknya? Karena seorang Mukmin berapapun jatah usianya ia akan selalu terus taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bagi orang kafir, baginya usia tidak digunakan untuk taat kecuali hanya kepada nafsunya sendiri.
Interaksi Sosial
Dalam hadits di atas Rasulullah mengajarkan bahwa interkasi sosial yang baik yakni dengan akhlak atau etika yang baik itu lebih utama dari puasa, shalat, dan sedekah. Hal ini bukan berarti cukup dengan interaksi sosial yang baik—apalagi dengan pandangan subjektif—sudah cukup, sekalipun tanpa puasa, shalat, dan sedekah. Ketiga hal itu penting bahkan wajib dilaksanakan oleh seorang Mukmin, dan sangat dilarang atau diharamkan meninggalkannya.
Sedangkan maksud dari hadits di atas adalah hendaknya puasa, shalat, dan sedekah itu tetap menjadikan seorang Mukmin itu harus berinterkasi sosial dengan baik kepada masyarakatnya. Ada keterkaitan yang tidak terpisahkan antara imteraksi sosial yang baik itu dengan puasa, shalat dan sedekah.
Puasa, shalat, dan sedekah itu jangan sampai menjadi jurang pemisah yang seolah menjadikan dirinya lebih mulia dari lainnya, sehingga akan mempengaruhi pada baik dan tidaknya interaksi sosial atau pergaulan itu pada masyarakatnya.
Seburuk apapun penilaian kita pada seseorang pastinya ia memiliki kebaikan. Demikian pula sebaik apapun seseorang itu pasti ia memiliki keburukan pula. Tidak ada manusia yang sempurna baik dan juga semprna buruk. Maka dalam rangka menjaga pergaulan itu hendaknya setiap mukmin tidak memandang secara hitam putih.
Baca sambungan di halaman 2: Makna Al-Haliqah
Discussion about this post