PWMU.CO – Muhammadiyah diingatkan Prof Dr Din Syamsuddin untuk tetap menjalankan dakwah amar makruf nahi munkar, di tengah berbagai persoalan yang melilit bangsa. Khusus mengenai nahi munkar, Din menyampaikan bahwa mencegah kejahatan itu bukan hanya dilakukan untuk kasus penistaan agama. Nahi munkar juga harus dilakukan pada para pendusta agama.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 menyampaikan pernyataan itu dalam Pengajian Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan yang berlangsung di SMKM 5 Babat, Ahad (29/1).
(Berita terkait: Kiblat Bangsa Melenceng, Din Syamsuddin Ajak Muhammadiyah Meluruskannya)
“Para penista agama itulah sejatinya yang anti-kebhinekaan. Karena itu, sudah tepat tindakan aparat penegak hukum mentersangkakan orang yang menistakan agama karena mengancam kebhinnekaan,” kata Din. Sebenarnya, lanjutnya, Islam, termasuk Nabi Muhammad SAW, sangat mulia dan tidak akan menjadi terendahkan hanya karena kasus-kasus penistaan. “Yang menjadi kekhawatiran, justru kasus-kasus penistaan itu bisa mengancam kebhinnekaan kita.”
(Baca juga: Stop Labelisasi Umat Islam Anti-NKRI, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah dalam Tabligh Akbar di Kota Malang)
Din juga mengingatkan agar Muhammadiyah mengawal proses hukum kasus penistaan agama yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. “Melalui proses hukum itulah kasus penistaan agama bisa diselesaikan secara beradab, kata Din yang berharap warga Muhammadiyah harus mendorong pemerintah menyelesaikan persoalan bangsa secara beradab.
(Baca: Din Syamsuddin: Ada Corporate Asing Ancam Akan Hancurkan Muhammadiyah dan Din Syamsuddin: Liberalisasi, Tantangan Muhammadiyah Hari Ini)
Menurtu Din, jika hukum ditegakkan seadil-adilnya, umat Islam pasti akan berada di garis terdepan mendukung pemerintah. “Jadi, aparat tidak boleh bermain-main dengan kasus penistaan agama.” Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu Jakarta ini juga menyoroti soal demo umat dalam aksi bela Islam yang terkenal 411 dan 212. “Aksi ini baik-baik saja untuk menunjukkan kebesaran umat Islam. Apalagi ada isu utama yang mempersatukan umat, yakni memuliakan Islam sekaligus meminta pemerintah mengadili penista agama,” tutur Din.
Selain menyangkut penista agama, Din juga mengingatkan agar umat Islam juga ber-amar makruf nahi munkar pada para pendusta agama. Dengan mengutip Surat Alma’un, Din mengajak umat harus memiliki keprihatinan pada persoalan keadilan sosial ekonomi.
(Baca: Ini Kisah Din Syamsuddin saat Disomasi Kelompok Atheis dan Cerita Din Syamsuddin Tentang Agama Setan dan Ritual Seks)
“Tidak boleh ada penguasaan aset ekonomi yang hanya dimonopoli kelompok tertentu. Apalagi kelompok ini merupakan minoritas di tengah mayoritas umat,” ucap Din. Dengan nada bertanya, Din mengatakan, “Bukankah Almaun sering disebut sebagai surat Muhammadiyah?”
Untuk itu, warga Muhammadiyah harus memahami ayat ini sebagai perjuangan melawan ketidakadilan sosial dan ekonomi. “Mereka yang melakukan ketidakadilan ekonomi, melupakan makna shalat, dan menumpuk harta itulah yang disebut pendusta agama,” jelas Din. Karena itu, katanya, penting menggeser sasaran dakwah dari penista agama ke pendusta agama. “Muhammadiyah harus membuat gerakan untuk menghadapi pendusta agama,” pesan Din. (Hilman Sueb)