An-Nisa atau Kaum Wanita
Kebanyakan penghuni neraka adalah kaum Wanita. Ini menjadi peringatan keras bagi kaum wanita agar berhati-hati dalam kehidupannya. Sebagai sebuah warning agar para wanita semakin menguatkan keyakinannya terhadap agama ini tanpa ada rasa keberatan sedikit pun. Fitrah sebagai wanita harus diterima dengan lapang dada dan disyukuri dengan penuh tawakal.
Seorang wanita sesungguhnya telah diberikan berbagai fasilitas yang lebih mudah untuk masuk surga. Akan tetapi karena faktor dominasi nafsunya yang mengakibatkan mereka malah kebanyakan terjerumus ke dalam api nereka.
Tentu tidak mudah seorang wanita untuk menaklukan nafsu dirinya dengan hukum Allah yang telah ditentukan untuknya. Kaum wanita bahkan cenderung merasa superior dari kaum laki-laki, apalagi jika ia merasa memiliki jasa yang besar, sehingga berat baginya untuk tunduk kepada laki-laki yang telah menjadi imamnya.
Sehebat apapun wanita secara kodratnya adalah makmum bagi imamnya. Ia tidak berhak untuk mengambil keputusan kecuali hanya memberikan pertimbangan saja. Keputusannya haruslah tetap diserahkan kepada imamnya itu. Itulah ciri wanita mukminah calon penghuni surga.
Kemudahan wanita untuk menjadi penghuni surga hanya dengan sesuatu yang lebih mudah. Dalam hadits yang lain yang bersumber dari sahabat mulia Abu Hurairah dan Abdurrahman bi Auf, Rasulullah bersabda:
إذا صلَّت المرأةُ خمسَها وصامت شهرَها وحفِظت فرجَها وأطاعت زوجَها قيل لها ادخُلي الجنَّةَ من أيِّ أبوابِ الجنَّةِ شئتِ
“Jika seorang aanita shalat lima waktu, puasa di bulan suci Ramadhan, menjaga kemaluannya dari yang diharamkan, dan taat pada suaminya, dikatakan kepadanya: Masuklah surga dari pintu mana saja yang kamu suka.”
Kehidupan yang fana ini seringkali justru menjadikan wanita ingin lebih dalam segala hal. Padahal semua itu adalah jebakan bagi dirinya. Apalagi dengan banyaknya komunitas kaum wanita yang tidak jelas orientasi akhiratnya, semakin menambah keparahan tingkat egoisme wanita yang harus dipenuhinya.
Agama ini mengajarkan agar kaum wanita kembali berikiprah lewat rumahnya masing-masing yaitu mengabdi kepada Allah dengan melaksanakan aktivitas di rumah saja, dengan memperbanyak berpikir tentang nasib kehidupan akhiratnya. Dan agar lebih mempersiapkan generasi islam yang berkualitas, tanpa merasa berjasa sedikit pun atas usahanya. Karena semua itu atas pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni