Baca sambungan di halaman 2: Motivator Ulung
Motivator Ulung
Rasulullah benar-benar seorang motivator yang ulung. Tidak seperti sebagian motivator sekarang ini, seringkali apa yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang dilaksanakan, jauh api dari panggang. Rasulullah memberikan motivasi sekaligus menjadi pelaksana awal apa yang beliau sampaikan. Komitmen yang beliau bangun adalah senasib seperjuangan.
Itulah mengapa Rasulullah adalah uswah hasanah, teladan terbaik. Beliau adalah tokoh nyata dalam dunia yang memberikan solusi dalam setiap masalah yang di hadapi oleh umatnya. Memecahkan masalah tanpa ada masalah baru. Tidak seperti tokoh fiktif yang digandrungi banyak orang karena telah dibentuk image mereka dari tokoh perfilman.
Sudah seharusnya generasi sekarang lebih dikenalkan kepada Rasulullah sebagai figur yang sempurna (insan kamil). Keagungan beliau karena atas bimbingan wahyu yang beliau ejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak beliau adalah al-Quran.
نٓۚ وَٱلۡقَلَمِ وَمَا يَسۡطُرُونَ مَآ أَنتَ بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ بِمَجۡنُونٖ وَإِنَّ لَكَ لَأَجۡرًا غَيۡرَ مَمۡنُونٖ وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ فَسَتُبۡصِرُ وَيُبۡصِرُونَ
Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, (al-Qalam: 1– 5)
Satu Ayat Sangat Berharga dari Dunia
Di antara motivasi Rasulullah sebagaimana dalam hadits di atas adalah pahala besar yang melebihi harga duniawi. Untuk mendapat dua ekor unta yang gemuk dibutuhkan usaha yang berat. Akan tetapi ada aktivitas yang memiliki pahala yang lebih besar dari dua ekor unta yaitu belajar memahami dua ayat al-Quran. Unta adalah simbol harta duniawi yang tentu sangat mahal.
Jika dua ayat setara dua unta gemuk, jika tiga ayat setara tiga unta gemuk, jika empat ayat setara empat unta gemuk, dan begitu seterusnya. Maka sangat rugilah bagi mereka yang di dalam hidupnya tidak mau menyempatkan dirinya untuk mendatangi majelis taklim dalam rangka memahami Kitabullah ini.
Kajian tafsir al-Quran hampir terjadwal di masjid-masijid. Tapi bagaimana respon kaum Muslimin terutama kaum mudanya? Hampir yang mendatangi kajian tafsir ini adalah mereka yang sudah usia lanjut. Oleh karena itu perlu digiatkan kembali oleh pengurus masjid agar generasi muda Islam tertarik lagi untuk memakmurkan masjid di lingkungannya.
Semoga bulan suci Ramadhan ini menjadi momentum untuk mnggairahkan Kembali semangat muda dalam rangka memakmurkan masjid-masjid Allah Subhanahu wa Ta’ala. (*)
Al-Quran Lebih Berharga daripada Dunia; Editor Mohammad Nurfatoni