Ayah sebagai Model
Awang kemudian mengutip dari buku Raising A Modern Day Knigh Karya Robert Lewis (2007) yang menyebutkan: ‘Experience has shown us tha man who are the happiest and most content in their masculine role today are those whose fathers invested a great deal of time and energy in their lives‘.
Artinya pengalaman telah menunjukkan kepada kita bahwa pria yang paling bahagia dan terlihat dalam peran maskulin mereka saat ini adalah mereka yang ayahnya menginvestasikan banyak waktu dan energi dalam hidup mereka. Hal ini menunjukkan peran ayah sangat penting dalam membentuk karakter anak dan budaya dalam keluarga.
“Hal apa saja yang dicontohkan dan diperankan ayah kepada anak dan keluarga akan membentuk kepribadian anak dalam kehidupannya,” jelasnya kepada 35 pasangan keluarga.
“Termasuk kedekatan keluarga dengan Tuhannya juga perlu dibangun atas peran ayah,” lanjut magister Psikologi Unair ini.
Awang selanjutnya menjelaskan keluarga memiliki pengaruh besar dalam membentuk subjective form individu. Maksudnya peran apa saja yang dihadirkan orangtua dalam keluarga akan menentukan standar perilaku seseorang.
Misalnya keluarga mengajak anggota keluarganya ke luar rumah, meskipun jaraknya dekat. Perilaku tiap keluarga berbeda-beda. Mereka ada yang secara otomatis yang putri berjilbab dan berpakaian rapi. Bisa juga anaknya yang putri hanya cukup membawa kerudung meskipun kadang tidak sesuai ketentuan syariat Islam atau di keluarga lain dengan tanpa memakai kerudungpun tidak dipermasalahkan.
“Nah subjective form ini menentukan standar perilaku keluarga yang sifat dan kadarnya berbeda-beda tiap keluarga,” katanya menegaskan.
Pria kelahiran Surabaya, 30 Juni 1981 ini mengatakan subjective form ini memiliki pengaruh terhadap kecenderungan perilaku dan membentuk perilaku seseorang. Dan kondisi ini bila terbentuk secara terus menerus akan membentuk karakter yang pada akhirnya akan membangun budaya keluarga.
“Ada yang saat ketemu masalah, ia nenangis. Ada yang menyikapi dengan menuntaskan pada saat itu juga. Ada pula yang ketemu masala dilemparkan ke pihak lainnya. nak kondisi ini sangat dipengaruhi oleh budaya yang dibangun oleh peran setiap anggota keluarga,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni