Mendapat Ujian
Seorang Mukmin dalam kehidupannya akan berhadapan dengan banyak ujian. Bahkan hidup ini semuanya adalah ujian, apakah itu berupa kelebihan atau kekurangan. Karena namanya ujian adakalanya lulus adakalanya tidak lulus atau belum lulus. Dengan ujian ini akan tampak kualitas keimanan seseorang Mukmin, apakah benar-benar berkualitas atau sangat rapuh. Ujian-ujian inilah yang akan menjadi penentu dalam rangka memberikan penilaian di hari perhitungan kelak.
وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (al-Ankabut: 3)
Dari hasil ujian ini mereka akan mendapatkan report pada saatnya nanti, sesuai dengan kemampuan menyelesaikan ujian-ujian tersebut, baik ujain beruapa kelebihan misalnya kekayaaan atau kepandaian, juga kekukarangan misalnya kemiskinan atau kekurangan ilmu.
وَكُلَّ إِنسَٰنٍ أَلۡزَمۡنَٰهُ طَٰٓئِرَهُۥ فِي عُنُقِهِۦۖ وَنُخۡرِجُ لَهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ كِتَٰبٗا يَلۡقَىٰهُ مَنشُورًا
Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. (al-Isra: 13)
Ketika Bersalah
Orang Mukmin berarti ia meyakini bahwa dirinya adalah hamba Allah. Sehingga semua aktivitas kehidupannya diniatkan karena-Nya, berharap ridha Allah Subhanahu wa Taala dan bukan ridla manusia. Oleh karena itu ketika ia melakukan kesalahan ia akan kembali kepada Allah dengan memohon ampunan dan juga memohon perlindungan dari keburukan sifat dirinya sendiri.
Dengan demikian seorang Mukmin selalu bertobat terhadap kesalahan yang telah dilakukannya. Bertobat ini merupakan wujud dari keimannnya tersebut kepada Allah, di mana ia masih meyakini bahwa ada ketika ia bertobat ada yang mengampuni dosa-dosanya dan sekaligus berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.
Oleh karena itu seorang Mukmin—karena masing-masing merasa memiliki kelemahan—maka ia membutuhkan untuk diingatkan orang lain, dan Ketika ia diingatkan maka akan menerimanya dengan baik, karena hakekat peringatan itu adalah dari Allah Subahanahu wa Taala.
وَذَكِّرۡ فَإِنَّ ٱلذِّكۡرَىٰ تَنفَعُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. (adz-Dzariyat: 55). (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post