IMM UIN Tulungagung Gelar Dialog Puan Libatkan Organisasi Mahasiswa Lainnya, liputan kontributor PWMU.CO Lamongan Alfain Jalaluddin Ramadlan.
PWMU.CO– Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ahmad Dahlan UIN Syarif Rahmatullah Tulungagung menggelar Dialog Puan dengan tema Emansipasi Aktivis Perempuan dalam Organisasi pada Rabu (20/4/2022)
Dalam acara yang dilaksanakan di warung Salman Tulungagung ini, PK IMM Ahmad Dahlan UIN Tulungagung menghadirkan pemateri dari empat organisasi mahasiswa Tulungagung. Yaitu IMM, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Dalam acara yang dilaksanakan pada pukul 20.30 wib, walaupun suasana hujan, namun peserta diskusi tetap semangat dalam mengikuti diskusi dialog puan.
Diskusi ini merupakan progam kerja dari bidang IMMawati dan Riset Pengembangan Keilmuan (RPK) yang bernama dialog puan.
Perempuan Harus Berakademisi
Dewan Pengurus Cabang (DPC) GMNI Christina Dery H menyampaikan yang hadir pada diskusi tersebut bukan hanya perempuan saja tetapi banyak laki-laki yang ikut di dalam dialog puan tersebut.
“Dalam hal gender tidak ada pengaruh apapun semua berhak untuk bersuara dan berkarir. Cita cita dari sarianah perempuan bisa bersuara dan berkarir,” ungkapnya.
Sementara itu Komisariat Insan Cita HMI Rozita Syaswani mengatakan, kodrat perempuan tidak sama dengan kodrat laki-laki tetapi semua memiliki hak yang sama.
“Pada era saat ini banyak pelecehan seksual, peran organisasi di sini khususnya di Kohati mengedukasi dari pihak laki-laki maupun perempuan. Bahkan jika terjadi ada kasus pelecehan seksual akan ada pendampingan. Perempuan harus berakademisi dan berakhalakul insan cita,” paparnya.
Perempuan Punya Kesempatan Pimpin Organisasi
Begitu juga dari Komisariat KH Ahmad Dahlan IMM Vivit Nita Arfianti mengatakan membentuk IMMawati yang berkemajuan dengan mengimplementasikan cita cita Muhammadiyah.
Komisariat PMII UIN Tulungagung Linda Saniatul menjelaskan kepemimpinan dalam organisasi semua memiliki kesempatan dalam memimpin organisasi dan saling mengsupport dalam segala hal.
“Dalam hal emansipasi bukan hanya RA Kartini saja yang menggaungkan emansipasi, semua berkesempatan dalam hal memimpin bahkan memimpin untuk dirinya sendiri,” jelasnya.
“Dalam hal ini semuanya memiliki hak yang sama dan memiliki ruang yang sama. Keadilan yang tercantum dalam Pancasila pada sila kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia haruslah ditegakkan,” imbuhnya. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.