Ghibah Digital dan Doxing, Tajassus dan Tahassus Kekinian; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Kalau dulu kan ghibah bl lisan, sekarang ghibah bi teknologi. Ngerasani Mu’ti pakai WA.
Ungkapan itu disampaikan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd di Halalbihalal Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Di Aula Mas Mansur Kantor PWM Jatim Selasa (10/5/22) siang, Prof Mu’ti membahas al-Hujurat ayat 12.
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اجۡتَنِبُوۡا كَثِيۡرًا مِّنَ الظَّنِّ اِنَّ بَعۡضَ الظَّنِّ اِثۡمٌۖ وَّلَا تَجَسَّسُوۡا وَلَا يَغۡتَبْ بَّعۡضُكُمۡ بَعۡضًاؕ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمۡ اَنۡ يَّاۡكُلَ لَحۡمَ اَخِيۡهِ مَيۡتًا فَكَرِهۡتُمُوۡهُؕ وَاتَّقُوا اللّٰهَؕ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيۡمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
Berbekal ayat itu, Prof Mu’ti mengingatkan untuk tidak mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus). Baik itu melalui lisan secara langsung, maupun melalui media sosial (digital).
Dia lantas teringat pada tahassus yang disinggung Nabi SAW dalam hadits riwayat Bukhari dari Abu Hurairah. “Tahassus itu bahasa kekiniannya doxing. Istilah di media sosial di mana orang mencari data orang lain, kemudian disebarkan kelemahannya. Dicari Mu’ti apa lemahnya? Nanti disebarkan,” jelas dia.
Tidak Menggunjing
Prof Mu’ti juga mengingatkan larangan menggunjing yang ungkapannya dibuat sangat metaforis. “Apakah kamu tega memakan bangkai saudaramu sendiri yang kamu baunya saja nggak tahan?” Begitulah dia menerangkan bagaimana al-Quran mengkritik orang yang ‘pekerjaannya’ ghibah.
Akhirnya, dalam membangun hubungan baik dan semangat kebersamaan—khususnya di Muhammadiyah—menurutnya diperlukan soliditas di Muhammadiyah.
“Kalau ada apa-apa menyangkut berbagai macam berita, mari kita kembalikan ke keputusan Persyarikatan! Kita tanyakan pada yang berilmu, supaya kita tidak salah bersikap,” imbaunya.
Tidak Memberi Julukan Merendahkan
Prof Mu’ti menegaskan, al-Quran menyebut Muslim yang satu dengan Muslim yang lain sebagai satu tubuh. Sehingga dia mengimbau agar tidak merendahkansatu dengan lainnya. “Jangan kamu merendahkan diri kamu sendiri,” tuturnya.
Dia pun mengimbau agar tidak saling memberi julukan merendahkan. “Seperti julukan kadrun alias kadal gurun. Semua itu kan binatang. Cebong binatang, kampret binatang. Masak orang ganteng begitu dipanggil cebong. Cantik begitu kok dipanggil kadrun,” tuturnya.
Membantah pandangan yang merendahkan perempuan berjilbab, Prof Mu’ti pun mencontohkan kesuksesan perempuan berjilbab mendirikan group band rock hingga mendunia. Ialah Voice of Baceprot, grup band rock asal Garut yang terdiri dari tiga perempuan berjilbab.
“Itu murid madrasah tsanawiyah di Garut menjadi musisi rock tingkat dunia. Follower-nya lebih banyak daripada follower saya,” terangnya memecahkan tawa peserta.
“Baceprot dalam bahasa Sunda artinya berisik. Kelompok yang suka berisik, gaduh. Musik rock memang gaduh semua. Sangat beda sama lagunya Tulus, Hati-Hati di Jalan,” candanya lagi hingga peserta gerrr-gerran.
Berdasarkan penelusurannya, ini bagian strategi cerdas guru mereka. “Di sekolahnya, mereka tukang bikin gaduh, kemudian menjadi perhatian dari guru BKnya. Kegaduhan dan bakat mereka disalurkan ke bidang musik,” ungkapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni