PWMU.CO– Dosen PAI Fakultas Agama Islam UMM Nafik Muthohirin MA Hum berkunjung ke Kairo Mesir menghadiri konferensi internasional bertajuk Religious Extremism: The Intellectual Premises and Counter-Strategies, Selasa-Kamis (7-9/6/2022).
Kunjungan itu atas undangan Grand Mufti Mesir bekerja sama dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Darul Iftaa Mesir. Konferensi internasional itu mengampanyekan perdamaian global dan memupus pemikiran dan gerakan ekstrem atas nama agama.
Dekan FAI UMM Dr Khozin MSi menjelaskan, kunjungan Nafik di acara itu sejalan dengan visi dan misi FAI yang berkeinginan menjadi fakultas berperingkat internasional. Salah satu bentuknya memperbanyak keterlibatan dosen dan mahasiswa dalam berbagai kegiatan dan kerja sama internasional.
”Alhamdulillah, dua dosen PAI kita Pak Pradana Boy dan Pak Nafik ada kegiatan masing-masing di Maroko dan di Mesir. Semoga dapat menambah poin untuk memenuhi Visi FAI 2030. Ini penting untuk membangun jaringan,” kata Dr Khozin.
Nafik mengatakan, kehadirannya di konferensi tersebut memiliki faedah besar. Sebab, pria asal Lamongan itu telah memiliki perhatian terhadap berbagai diskursus pembangunan perdamaian agama-agama, ekstremisme, dan multikultural, baik dalam perspektif pemikiran maupun pendidikan Islam.
”Saya senang bisa menjadi bagian dalam konsorsium global yang membincangkan strategi-strategi pencegahan ideologi ekstremisme. Saya melihat pendidikan sebagai faktor penting untuk memoderasi pemikiran masyarakat agar tidak terpapar ideologi terorisme dan ekstremisme,” kata dosen yang mengampu mata kuliah studi pemikiran Islam kontemporer.
Konferensi dihadiri perwakilan dari 42 negara seperti Maroko, Turki, Lebanon, Spanyol, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, Italia, Irak, Palestina, Kazakstan, Uzbekistan, dan lainnya.
Selain para mufti dan ulama dari setiap negara, sejumlah pemimpin negara dan peneliti yang memiliki perhatian terhadap persoalan ekstremisme juga diundang. Tujuan konferensi membangun sinergi dan merumuskan kembali strategi menghadapi ancaman terorisme dan ekstremisme.
Dalam pidatonya, Grand Mufti Mesir Prof Dr Shawki Ibrahim Allam mengatakan, ancaman terorisme dan ekstremisme belum akan selesai. Kelompok ekstremis telah bertransformasi menggunakan berbagai strategi propaganda, perekrutan dan penyerangan melalui internet.
”Kita perlu menyebut bahwa terorisme adalah musuh semua agama dan bangsa. Para akademisi dan ulama harus berkumpul merumuskan strategi yang baru dalam rangka memerangi mereka,” terangnya. (*)
Editor Sugeng Purwanto