Strategis, Pengembangan Produk Halal bagi Perguruan Tinggi, Belajar dari Jepang; Liputan Aries Kurniawan, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Kampus sebagai pusat pengembangan ilmu dan pendidikan masyarakat perlu terus melakukan kegiatan untuk mewujudkan terbentuknya ekosistem halal. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap status halal terhadap produk masih rendah.
Ini terbukti dengan masih banyaknya masyarakat yang berbondong-bondong untuk membeli produk halal meskipun produk tersebut belum tersertifikasi halal. Kondisi ini menyulitkan bagi Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) dan lembaga lainnya untuk mendorong pelaku usaha memiliki sertifikasi halal.
Demikian disampaikan Ketua Harian Pusat Halal Salman ITB Ir Dina Sudjana dalam Pelatihan Juru Sembelih Halal (Juleha) di Kampus Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) Selasa (14/6/2022).
Untuk mewujudkan hal itu maka perlu mengajak semua pihak dan elemen dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya status halal untuk produk yang dikonsumsi.
‘’Pusat Halal Salman menerapkan ABCGM yakni akademisi, bisnis, comunity, government, dan media dalam meningkatkan kesadaran produk halal,’’ tutur Dina.
Akademisi dalam hal ini menurutnya, para tenaga pendidik UMG dapat mengambil peran strategis. Sebab Gresik memiliki potensi yang baik untuk pengembangan kawasan halal terutama untuk kawasan industri. ‘’Kita telah mengajak para kaum muda milineal untuk mensosialisasikan peningkatan kesadaran halal,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor UMG Dr Eko Budi Leksono ST MT menyampaikan UMG telah mengadakan sosialisasi dan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Gresik untuk meningkatkatkan kesadaran masyarakat dan membentuk kawasan industri halal yang berlokasi di Sidayu. ‘’Selanjutnya pengembangan ini juga pada bidang pariwisata,’’ ungkapnya.
Menanggapi hal ini, Dina menyampaikan apresiasi dan harapannya agar tidak menjadi telinga surga semata. ‘’Karena banyak kebijakan dari bupati yang tidak dapat diaplikasikan oleh bawahannya,’’ tutur ibu dua anak ini.
Pengalaman di Jepang
Dina yang lima tahun tinggal di Jepang ini menyampaikan, saat ini Jepang telah mendahului Indonesia dalam menata dan mengaplikasikan status halal untuk pariwisata.
Sebelumnya, Pemerintah Kobe belajar di Pusat Halal Salman untuk proses halal. Namun saat ini mereka mampu membuat suatu aplikasi tentang informasi halal bagi para wisatawan.
‘’Para wisatawan tinggal download aplikasi pariwisata halal dan di sana telah tersedia berbagai informasi terkait seperti lokasi masjid, rumah makan dan hotel yang telah memiliki sertifikasi halal,’’ paparnya.
Untuk itu, katanya, di masa yang akan datang gerakan dan pengetahuan tentang halal ini menjadi hal yang terpenting.
’’Banyak dibutuhkan tenaga sembelih halal di luar negeri yang memberikan gaji yang tinggi hingga Rp 50 juta per bulan seperti di Jepang dan Australia,’’ jelasnya tentang potensi dalam bidang ini. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni