PWMU.CO– Tujuh santri Panti Asuhan Muhammadiyah (PAM) Kenjeran Jl. Tambak Wedi Baru 77 Surabaya dikhitan bersama, Ahad (19/6/2022) pagi.
Khitan ini ditangani dokter dari RS PHC Surabaya dr Candra. Wali santri juga hadir menyaksikan. Selesai khitan bisa membawa pulang anak itu untuk dirawat selama satu pekan diantar oleh kendaraan yang disediakan panti.
Tujuh santri panti yang khitan yaitu Rafa Devian Mustofa (TK Mutiara Bunda), Rafi Devian Mustofa (TK Mutiara Bunda), Arya Putra Nugraha kelas 1 (MI Muhammadiyah 25 Surabaya), M Mu’thon Rayhanul Firdaus kelas 2 (MI muhammdiyah 25 Surabaya), Rizki Aditya Ramadani kelas 2 (MI Muhammadiyah 25 Surabaya), M Ainul Rofiq kelas 3 (MI Muhammadiyah 25 Surabaya).
M Ainul Rofiq tampak berani ketika giliran khitan. Dia tak takut. Apalagi menangis. ”Saya tidak menangis. Saya berani dikhitan. Rasanya seperti digigit semut. Saya senang bisa pulang dan membawa bingkisan,” katanya.
Kepala PAM Kenjeran Ustadz M Wasyib Tirtanang SH MPd menjelaskan, ini program tahunan untuk anak-anak yang siap khitan. ”Kita dibantu oleh donatur kita Ustadzah Rustina mencari dokter yang mengkhitan anak-anak. Alhamdulillah ada yang bersedia dan semuanya gratis,” katanya.
”Saya ucapkan terima kasih kepada dokter yang sudah membantu kelancaran dan kesuksesan acara khitan ini. Semoga Allah membalas jasa para dokter dan semua stafnya yang membantu. Aamiin,” tuturnya.
Perawatan
Dokter Candra menjelaskan tata cara perawatan pasca khitan loter. Ada yang menyebut khitan laser tanpa jarum. ”Ketika dikhitan hanya terasa kaget seperti tersiram air pakai selang yang keras,” katanya.
”Setelah adik-adik pulang ke rumah, saya pesan, pertama, tidak boleh kena air. Kedua, bagian bawahnya harus kering dan bersih. Kalau mau pipis dan buang air besar pakai tisu saja tidak boleh kena air,” ujarnya.
Dia mengatakan, kalau perawatan mengikuti saran tadi insyaallah lima hari sudah sembuh. ”Kuncinya bagian bawah tidak boleh basah karena lembab dan yang bagian atas lebih cepat kering,” tuturnya.
Dia juga mengingatkan, obatnya diminum teratur sesuai aturan. Ada obat antibiotik dan anti nyeri. ”Obat anti nyeri bisa disetop kalau sudah tidak sakit lagi. Obat antibiotik harus habis,” tandasnya. Anti nyeri diminum tiga jam setelah khitan. Rasa nyeri puncaknya terasa setelah enam sampai 12 jam.
Kalau nanti lukanya kering seperti keripik, sambung dia, tandanya itu sudah mau sembuh. Tetesi Betadin saja. Jangan kasih apa-apa. Pagi, sore, dan malam pemberian Betadin supaya nanti maksimal seperti keripik.
Perhatian Donatur
Banyak donatur menyumbang untuk tujuh santri yang khitan ini. Memberi uang saku, peralatan tulis, dan shalat.
Wali santri Emirianti Ningsih yang mengkhitan anaknya Rafa dan Rafi mengucapkan terima kasih kepada PAM Kenjeran. ”Saya bersyukur menitipkan anak di PAM Kenjeran supaya pendidikan dan akhlaknya terbina,” katanya.
Dia menitipkan anaknya karena suaminya menelantarkan. Emirianti bekerja menjadi tukang pijat dan penjual nasi bungkus.
Penulis Nashiiruddin Editor Sugeng Purwanto