Kesadaran Tinggi Berdonasi
Semarak kebangkitan Islam dan kesadaran beragama di kalangan umat Islam Indonesia mulai selaras dengan kesadaran berdonasi. Lembaga-lembaga amil zakat tumbuh subur bersama dengan peningkatan kesejahteraan umat Islam. Indikator lain adanya peningkatan kesejahteraan umat Islam yaitu antrian ibadah haji yang semakin panjang. Dana umat Islam yang antri diberangkatkan haji sudah pasti menjadi simpanan yang sangat bermanfaat membiayai sebagian program pembangunan.
Keberadaan lembaga keagamaan, sosial, kemasyarakatan yang dikelola secara amanah dan profesional pun semakin banyak. Muhammadiyah tidak lagi sendirian melakukan beragam gerakan tajdid atau inovasi dalam beribadah dan muamalah pelayanan masyarakat. Semakin baik dan semakin cerdas ormas-ormas Islam menjalankan programnya secara profesional, semakin banyak serta luas manfaat yang disebarkan pada masyarakat.
Pemerintah perlu berterima kasih banyak kepada ormas-ormas Islam dan beragam lembaga swadaya masyarakat yang dijalankan secara profesional dalam membantu tugas pemerintah mengentaskan kemiskinan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagainya.
Alphard dan beragam fasilitas hebat yang digunakan para ustadz, aktivis lembaga sosial dan keagamaan berkinerja hebat tidak selayaknya dijadikan isu seolah-olah para pelayan umat harus tampil melarat atau sederhana dan merakyat.
Salah satu ciri ormas Islam dan lembaga sosial keagamaan dikelola secara profesional adalah pengelola dan pengelolaannya yang full time atau penuh waktu sebagaimana organisasi pemerintahan dan perusahaan. Sebelum-sebelumnya banyak ormas Islam dan lembaga sosial keagamaan yang dikelola secara part time atau paruh waktu sehingga sulit berkembang dan cenderung menjadi beban pemerintah karena seringnya mengajukan dana ke pemerintah, bukan berupaya menggalang dana dari masyarakat.
Ciri berikutnya dan paling penting dalam pengelolaan lembaga sosial keagamaan dan kemanusiaan secara profesional adalah transparansi pada tata kelola manajemen organisasi termasuk keuangan. Sebagian besar lembaga sosial keagamaan dan kemanusiaan telah menggunakan jasa akuntan publik untuk dilakukan pemeriksaan atau audit atas laporan keuangan tahunan.
Opini WTP (wajar tanpa pengecualian) terbiasa didapatkan oleh lembaga-lembaga sosial keagamaan dan kemanusiaan. Dalam pemeriksaan atau audit atas laporan keuangan diperoleh beragam informasi tentang sumber penerimaan sampai penyaluran untuk disampaikan kepada masyarakat. Yang perlu dipahami dan dipahamkan ke masyarakat adalah bahwa opini WTP bukan berarti laporan keuangan bersih apalagi suci dari kesalahan. Opini WTP diberikan meskipun ada beberapa kesalahan dalam batas wajar dengan nilai material tertentu sesuai standar.
Opini media berbeda dengan opini yang dikeluarkan oleh kantor akuntan publik dalam menilai kinerja organisasi bisnis maupun sosial. Kontrol media tetap dibutuhkan dan harus tetap ada untuk bersama-sama mewujudkan tatanan masyarakat madani menuju keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Opini yang sehat dan berimbang bisa mencerdaskan kehidupan bangsa untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang penuh keterbukaan dalam pengelolaannya.
Alphard dan beragam fasilitas hebat yang digunakan para ustadz, aktivis lembaga sosial dan keagamaan berkinerja hebat tidak selayaknya dijadikan isu seolah-olah para pelayan umat harus tampil melarat atau sederhana dan merakyat. Berdalih dana umat tidak pantas untuk pengadaan alphard, sementara para pejabat yang melengkapi fasilitas kendaraan, gaji sampai remunerasi layak dengan uang rakyat disebut wajar. Apa bedanya dana umat dengan uang rakyat? (*)
Editor Mohammad Nurfatoni