![Khutbah Idul Adha](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2022/07/Masjidil-haram.jpg?resize=850%2C566&ssl=1)
Khutbah Idul Adha,Teladan Nabi Ibrahim Menghadapi Carut Marut Kehidupan oleh dr Tjatur Prijambodo MKes, Direktur RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo.
Allahu Akbar 2x Walillahilhamdu
Jamaah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Kumandang takbir kembali membahana di seluruh pelosok dunia, menyambut hari akbar bagi umat Islam, sebuah hari yang sarat dengan makna dan nilai.
Inilah hari raya kurban atau Idul Adha yang jatuh pada hari ini, 10 Dzulhijah 1443 H, bertepatan dengan 9 Juli 2022. Untuk semua kenikmatan ini, sangat wajar jika kita mengucapkan syukur sambil memuji Allah SWT, Sang Khaliq Penguasa Alam Semesta, Yang Maha Kuasa dan Perkasa.
Idul Adha kita kali ini masih diliputi keprihatinan yang dalam pada nasib muslimin di Indonesia. Predikat teroris selalu dilekatkan pada mereka yang membuat ’teror’, padahal teror yang lebih besar melanda sebagian besar masyarakat Indonesia.
Harga bahan pokok mahal, BBM naik, listrik naik dan entah apalagi yang naik. Semua kebutuhan hidup naik, hanya harga diri bangsa ini yang turun. Di sisi lain sebagian petinggi dan orang-orang yang diberi amanah oleh masyarakat Indonesia mengesankan sikap mendukung, memaklumi atau mewajarkan kezaliman itu. Inna lillahi wainna ilahi raji’un!
Tak ada yang lebih patut bagi para hamba Allah SWT yang beriman kecuali semakin menundukkan kepala, merendahkan hati dan mengakui segala dosa, seraya memohon taubat dan ampunanNya.
Tawakal dan Ikhtiar
Allahu Akbar 2X Walillahilhamdu.
Jamaah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Kita mengenal Nabi Ibrahim sebagai pelopor tauhid, yang mengajak umat manusia untuk kembali mengabdi kepada Allah Yang Maha Kuasa. Namun tidak banyak yang mencoba memahami sosoknya, sebagai seorang yang ahli di bidang ilmu kesehatan, pengobatan, atau tabib.
Ada perkataan Nabi Ibrahim, yang cukup populer di dalam ayat al-Quran: alladzi kholaqoni fahuwa yahdin, walladzi huwa yuth’imuni wayasqin, waidza maridhtu fahuwa yasyfin.
Tuhan yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku. (Asy-Syu’ara 78-80).
Ayat ini merupakan bentuk dari kepasrahan Nabi Ibrahim atas kehendak Allah, sekaligus juga menunjukkan keilmuan yang mumpuni dalam kehidupan duniawi.
Di dalam ajaran Islam, kepasrahan harus diimbangi dengan ikhtiar (usaha), seorang yang tawakal akan rezekinya, ia juga harus tangguh dalam berusaha. Seorang yang pasrah akan kesehatannya, ia juga harus pandai menemukan solusi kesembuhan dari penyakitnya.
Allah akan memberi sesuatu kepada hambaNya sesuai dengan apa yang diusahakannya, seperti yang tertera di Quran Surat an-Najm 39: Wa al laisa lil insani illa masa’a. Seorang manusia tiada memperoleh selain apa yg diusahakannya.
Hal ini termasuk dalam rezeki level kedua. Level pertama adalah rezeki yang diberikan kepada seluruh alam semesta: Wa maa mindabbatin fil ardhi illa alallahi rizquha. Tidaklah ada suatu binatangpun (termasuk manusia) yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya” (Surat Hud: 6)
Berpikir Positif
Allahu Akbar 2X Walillahilhamdu.
Jamaah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Paling tidak, ada dua pelajaran penting terkait kesehatan yang terdapat dari kisah nabi Ibrahim as dan keluarganya.
Pelajaran pertama: Berbaik sangka kepada Allah SWT
Pada suatu hari, Nabi Ibrahim terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba dia memerintahkan kepada istrinya, Siti Hajar, untuk mempersiapkan perjalanan dengan membawa bayinya. Singkat cerita, di padang pasir tandus, Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan Ismail kecil.
Mereka berdua hanya dibekali sekantung makanan dan sedikit air yang tidak cukup untuk dua hari. Setelah melihat kiri dan kanan beliau melangkah meninggalkan tempat itu. Dia mengerti bahwa Allah memerintahkan suaminya untuk pergi. Maka kemudian dia bertanya, ”Kami tidak akan tersia-siakan selagi Allah bersama kami. Dialah yang telah memerintahkan Ibrahim pergi.”
Subahanallah, betapa lurusnya keluarga ini memandang perintah Allah. Betapa ringannya mereka melaksanakan titah agung ini. Mereka utamakan ketaatan daripada kesenangan pribadi. Lihatlah, bagaimana Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, mampu berbaik sangka kepada Allah SWT, mereka meyakini bahwa selagi mereka bersama Allah, maka tidak akan ada yang menyengsarakannya, tidak akan ada yang dapat mencelakainya, tidak akan ada yang dapat melukainya.
Bila kita lihat banyaknya manusia yang frustasi dalam kehidupan ini atau banyaknya manusia sengsara bukan karena sedikitnya nikmat yang Allah berikan kepada mereka akan tetapi karena sedikitnya husnuzon (berbaik sangka) kepada kebaikan Allah, padahal nikmat yang Allah berikan lebih banyak dari pada siksanya.
Oleh karena itu kita harus berbaik sangka kepada Allah, sebagaimana Allah menjelaskan dalam hadits qudsi bahwa Dia sesuai prasangka hambanya. Dari Abu Hurairah RA berkata, bersabda Rasulullah saw: Allah berfirman: ana inda zhonni abdiibii. Aku (Allah) tergantung pada prasangka hamba padaKu, dan Aku bersamanya jika ia mengingat-Ku; jika ia mengingat-Ku dalam jiwanya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku; dan jika ia mengingat-Ku dalam lintasan pikirannya, niscaya Aku akan mengingat-Nya dalam pikirannya kebaikan darinya (amal-amalnya); dan jika ia mendekat kepada-ku setapak, maka aku akan mendekatkannya kepada-Ku sehasta; jika ia mendekat kepada-ku sehasta, maka aku akan mendekatkannya kepada-ku sedepa; dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan menghampirinya dengan berlari. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Positive thinking, itulah kunci utamanya. Betapa banyak penyakit yang ditimbulkan akibat negative thinking. Stroke, gastritis, serangan jantung, sebagian besar penyebabnya adalah negative thinking.
Allahu Akbar 2X Walillahilhamdu.
Jamaah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Oleh karenanya, di dalam menghadapi ujian kehidupan dunia ini, kita harus sabar dan tawakal, serta menyerahkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang dicontohkan Nabi Ibrahim ketika diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri.
Berbeda dengan orang yang tidak beriman dan tidak mempunyai keyakinan kepada janji Allah SWT, mereka akan goncang dan stress jika kehilangan sesuatu yang sangat dicintainya.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa 800 ribu orang dari penduduk dunia setiap tahunnya melakukan tindakan bunuh diri, 80% disebabkan karena stress dan tidak kuat di dalam menghadapi berbagai problematika yang menimpa dirinya.
Problematika tersebut berkisar pada masalah ekonomi, keluarga, pernikahan, anak, studi, pekerjaan dan lain-lainya. Menurut data tersebut, fenomena semacam ini paling banyak didapati di negara-negara maju, seperti Denmark, Norwegia, Perancis.
Di Amerika Serikat sendiri didapatkan bahwa setiap 20 menit telah terjadi kasus bunuh diri. Artinya setiap hari sebanyak 75 orang bunuh diri. Bagaimana di Indonesia? Setali tiga uang. Di Indonesia angka bunuh diri 12.000 orang per tahun, itu berarti tiap 2 jam, ada 3 orang bunuh diri. Itu semua bisa dihindari dengan selalu mensyukuri nikmat Allah, selalu bersabar dan ikhlas.
Sabar
Allahu Akbar 2X Walillahilhamdu.
Jamaah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Pelajaran kedua: Sabar Menghadapi Hidup
Secara bahasa, sabar bermakna dan mempunyai pengertian menahan diri. Sedangkan secara syariat, pengertian sabar adalah menahan diri dari hal yang tidak diridhai Allah SWT, sehingga hanya melaksanakan hal yang diridhai Allah SWT.
Oleh karena itu, sabar diperlukan dalam melaksanakan setiap perintah Allah. Letak sabar adalah hati. Berlawanan dengan sabar adalah mudah marah. Pada seseorang yang marah, tubuhnya akan mengeluarkan hormon adrenalin, yang akan meningkatkan tekanan darah secara mendadak, wajah memerah, kepala pusing, jantung berdetak lebih cepat, ngos-ngosan, tangan bergetar dan perut mulas.
Risiko apa yang sering terjadi pada orang yang mudah marah? Stroke. Karena dengan perubahan tekanan darah yang mendadak, akan menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak karena tidak mampu menahan tekanan darah dari jantung.
Apakah sabar itu perbuatan pasif? Sama sekali tidak. Sabar adalah perbuatan aktif, di mana tubuh berusaha untuk tetap dalam kesadaran penuh mengontrol semua yang terjadi. Seperti yang dikatakan Syekhul Islam Ibnu Taimiyah: Marah adalah perbuatan gila yang diakhiri dengan penyesalan.
Maka sabar menjadi perbuatan aktif saat kita akan meminta pertolongan Allah sesuai al-Baqarah: 153: ya ayyuhalladzina aamanusta’iinuu bish-shabri wash-shalah. Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Bolak Balik Hati
Allahu Akbar 2X Walillahilhamdu.
Jamaah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Maka siapapun yang ingin permintaannya dikabulkan, maka dia harus aktif melakukan langkah aktif positif. Salah satunya dengan bersabar. Hati manusia bukan milik manusia. Kadang manusia bersedih tanpa diinginkannya. Kadang manusia ingin bersemangat dalam bekerja, tapi tiba-tiba kendur.
Hati adalah milik Allah SWT. Allahlah yang berkuasa membolak-balikkan hati sekehendakNya. Kalau demikian, ketika ingin sabar, yang bisa dilakukan manusia adalah menyuasanakan hatinya sehingga sabar itu hadir dalam hati. Bagaimana caranya?
Kalau kita cinta kepada Allah SWT, kita akan melaksanakan semua yang diinginkan-Nya. Kalau kita takut kepada neraka Allah SWT, kita akan melakukan apa saja yang dapat melindungi diri dan keluarga kita dari siksaanNya.
Kalau kita yakin kematian pasti akan datang sewaktu-waktu, kita tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun kesempatan mencari bekal untuk perjalanan akhirat. Kalau kita mengakui banyaknya nikmat dari Allah SWT yang kita rasakan, kita akan malu dengan ibadah kita yang sedikit.
Allahu Akbar 2X Walillahilhamdu.
Jamaah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Di akhir khutbah ini, dengan penuh khusyu’ dan tadarru, kita berdoa kepada Allah SWT semoga perjalanan hidup kita senantiasa terhindar dari segala keburukan yang menjerumuskan umat Islam. Semoga dengan doa ini pula, kiranya Allah SWT berkenan menyatukan kita dalam kebenaran agamaNya dan memberi kekuatan untuk memenangkannya.
Ya Allah…ya Rabb, bantu dan bimbinglah kami agar dapat berdoa kepadaMu dengan sepenuh hati dan perasaan kami, memasrahkan semua masalah, beban, hambatan, pikiran, jiwa, hati dan seluruh diri kami seutuhnya kepadaMu.
Ya Allah.. ya Rabb, terangilah hati kami agar semua kesombongan dibersihkan, digantikan dengan cahaya dan kasih sayangMu.
Ya Allah… terangilah hati kami agar semua kemarahan dibersihkan, digantikan dengan kelembutanMu.
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ مُذْهِبَ الْبَاسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِى لاَ شَافِىَ إِلاَّ أَنْتَ ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
رَبِّ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْـَٔلَكَ مَا لَيْسَ لِى بِهِۦ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِى وَتَرْحَمْنِىٓ أَكُن مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين وَٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ َ