Ukuran Kemuliaan dan Nilai Manusia
Direktur SDI dan Keuangan RSU PKU Muhammadiyah Bantul itu bertanya retorik, “Lalu apa ukuran kemuliaan dan nilai kita sebagai manusia di mata Allah SWT? Mari kita kaji ulang! Apakah kita mulia karena dagingnya, kulitnya, atau bulunya?”
“Kalau daging, kulit, dan bulu yang menjadi ukuran, jelas bahwa sapi, kerbau, dan kambing yang dijadikan kurban lebih mulai dibanding kita,” jawabnya kemudian.
Dia bertanya lagi, “Jadi di manakah sebenarnya nilai manusia itu? Dagingnya tidak dapat dimakan, tulangnya tidak laku kalau dijual. Kulitnya pun tidak dapat dibuat sepatu, apalagi bulunya. Kalau bulu ayam masih bisa dibuat berbagai kerajinan berharga, bulu manusia bila lepas dari tubuh mereka maka orang jijik melihatnya!”
Dia juga menggambarkan, “Sekiranya ada orang yang menenteng paha manusia untuk dijual, pasti pembawanya akan ditangkap polisi untuk ditahan dan diadili. Atau kemungkinan kedua, pembawanya ditangkap dan dimasukan ke rumah sakit jiwa.”
Jawaban Rasullulah Muhammad SAW tentang nilai manusia pun dia ungkap. “Nilai tiap manusia terletak pada amal kebajikan yang pernah dilakukannya,” tuturnya.
Kemudian, ini dipertegas dengan ayat Al-Quran, yang paling mulia di sisi Allah adalah manusia yang paling bertakwa. Seperti pada al-Hujurat ayat 13, dia mengutip “Inna akramakum ‘indallahi atqakum.”
Artinya, “Betapa luhur nilai manusia berahlak mulia, dan betapa rendah dan hinanya manusia apabila tiada berakhlak mulia.”
Tujuan Ibadah Kurban
Maka, Badan Pengurus Harian MBS Prambanan Yogyakarta itu menyimpulkan, membentuk pribadi takwa itulah tujuan strategis ibadah kurban. “Yaitu pribadi yang mampu mengendalikan diri dari kecenderungan-kecenderungan perilaku munkar dan negatif, dan menghindarkan dari citra dirinya di mata Allah SWT dari segala fahsyai wal munkar,” terangnya.
Dia menegaskan, tujuan utama Idul Adha adalah membentuk pribadi takwa. Sebagaimana Allah SWT menjelaskan dalam surat Al-Haj ayat 37. Artinya, “Daging-daging hewan kurban dan darahnya itu, sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan kamulah yang dapat mencapainya.”
Firman Allah ini, sambungnya, menegaskan, takwa yang harus melandasi segala perilaku manusia. “Dengan takwa manusia akan menjadi kuat menghadapi godaan dan persoalan hidup. Tanpa nilai takwa, manusia akan menjadi lemah. Yaitu manusia yang akan selalu dikalahkan oleh godaan dan kesulitan hidup.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni