Opini Prima Mari Kristanto *)
PWMU.CO – Pemberitaan pwmu.co tentang kinerja Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) Mulia PCM Babat Lamongan yang mampu membukukan aset senilai Rp 9 miliar lebih pada penutupan tahun buku 2016 sangat inspiratif. [Berita terkait baca: Melejitnya Baitul Tamwil Muhammadiyah Babat: Bermodal Awal Rp 200 Juta, Kini Beraset Rp 9,2 M]
Inspirasi yang menandai kebangkitan BTM setelah terlelap dalam tidur panjang, bahkan sebagian koma bersama Baitul Mal wat Tamwil (BMT) binaan ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia). Sebenarnya saya berharap update BTM lain dalam jaringan Persyarikatan dengan segala kondisinya (sehat atau sakit), agar saling memberi motivasi kebaikan untuk kebangkitan dalam sinergi yang indah.
BTM dalam naungan Muhammadiyah bersama BMT dalam naungan ICMI sempat menjadi primadona pada periode tahun 1990-an. Pasang surut gerakan keuangan mikro seolah berjalan tanpa road map yang jelas. Kisah pilu mewarnai kejatuhan BMT dan BTM dalam berbagai kasus fraud (kejahatan) dilakukan sebagian oknum nila setitik yang merusak sebelanga kebaikan dan kemuliaan visi misi BMT/BTM.
(Baca juga: BPR Syariah, Kado Istimewa Muhammadiyah Ponorogo untuk Persyarikatan)
Seolah masyarakat Muslim pribumi tidak becus menjalankan lembaga keuangan dengan sehat dan kuat. Padahal jika menilik sejarah, tidak demikian faktanya. Dalam skala nasional, Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto”, suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi).
Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895. Sumber lain menyebutkan modal awalnya dari kas masjid. Subhanallah, para pendahulu kita pada tahun 1895 telah memfungsikan masjid demikian paripurna sebagaimana Rasulullah SAW dan para Sahabat serta para Tabi’in. Muslim bersama masjid terbukti mampu melahirkan perbankan yang hebat.
(Baca juga: Din Syamsuddin Pertanyakan Keadilan Sosial: Masak 1 Persen Orang Kuasai 50 Persen Aset Nasional?)
Berdiri dari kas masjid dengan niat yang tulus dan suci mengangkat harkat dan martabat ekonomi kaum pribumi menjadikan BRI tumbuh raksasa menjadi aset bangsa. Dengan kode emiten BBRI di lantai Bursa Efek Indonesia , BRI tercatat sebagai salah satu emiten blue chips papan atas.
Dari rilis data keuangan terbaru, BRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 25,8 trilyun untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2016. Bersambung ke halaman 2: Belajar pada Grameen Bank Bangladesh …