Lima Cara Merawat Keluarga
Kepada seluruh kader yang kompak berseragam kuning gading berlambang padi itu, Uzlifah memaparkan lima cara yang dapat dilakukan untuk merawat damai menggelorakan semesta.
Pertama, thalabus sa’adah. Mempersiapkan keluarga yang bahagia, solid dan saling berempati. Kaum perempuan menjadi kunci kebahagiaan keluarga alias gemboknya keluarga. Uzlifah mengumpamakan perempuan itu tiang negara. Hal ini lebih pada bagimana sebuah keluarga sangat bergantung dari peran seorang perempuan.
“Perempuan itu tiang negara, karena bentuk bagaimana keluarga kita itu tergantung perempuan. Karena sejatinya 99 persen laki-laki itu tergantung pada perempuan,” ujarnya.
Selain itu, Uzlifah mengingatkan agar kader Nasyiah tetap memperhatikan penghidupan keluarga di sekelilingnya untuk memberikan kepedulian dan kedamaian bagi masyarakat lainnya.
“Saling melihat keluarga kanan kiri depan belakang kita, apa sudah pada standar tinggi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah,” pesanya.
Kedua, tajmilul akhlak. Benteng akhlak bangsa. Nasyiah memiliki akhlak yang tertulis melalui 10 komitmen kader yang juga dibacakan seluruh peserta di awal respesi milad.
“Kalau bukan kita siapa lagi yang akan mengingatkan. Jangan sampai masyarakat ini latah, masyarakat yang darurat akhlak, darurat karakter seperti fenomena Citayam Fashion Week (CFW) yang viral terekspos di media sosial,” ujarnya dengan memberikan contoh.
Ketiga, dirasatul bannat. Mengoptimalisasikan pendidikan anak. Sebagai ibu muda dan kader penggerak persyarikatan, hendaknya memberikan pendidikan terbaik buat putra-putrinya. Seperti memasukan ke pendidikan Muhammadiyah berbasis al-Quran dan as-Sunnah.
Uzlifah lalu menguatkan dengan mengutip sebagian hadits Rasulullah yang menyebutkan salah satu syarat ta’lim muta’alim itu ada dana, biaya dan mempersiapkan uang dalam meraih kesuksesan pendidikan anaknya.
“Untuk pendidikan anak jangan minta gratisan saja ya. Biar ilmunya nggak tingkat gratisan juga,” katanya dengan tersenyum.
Menjaga Keadaban
Keempat, jamiatul anfal. Menjaga keadaban dalam keilmuan anak. Uzlifah menerangkan anak-anak adalah aset. Anak-anak butuh terus dilatih dan distimulasi dengan hal-hal yang positif. Dia mencontohkan pada kegiatan milad ini anak-anak sudah mulai dilatih, tinggal dirawat hingga menjadi kader terbaik yang akan meneruskan amal-amal kebaikan dan meneruskan perjuangan di persyarikatan.
Kelima, futuhatul aman yang bermakna kemenangan pengkaderan. Keberadaaan organisasi otonom (ortom) Muhamnadiyah seperti Nasyiah, Aisyiyah, IPM, Haizbul Wathan dan sebagainya merupakan wujud pengaderan berbasis keluarga karena sering mengajak anak dan suaminya.
“Apabila anak-anaknya atau suaminya belum bisa aktif di ortom maupun masjid terdekat maka tugas kita pelan-pelan yakni membangkitkan ghirah mereka mendorong mereka untuk aktif,” himbaunya.
Uzlifah mengingatkan keluarga menjadi kunci sebagai penggerak persyarikatan. Maka, menurutnya sebelum melangkah di pengaderan di amal usaha, lembaga, atau masyarakat perlu diawali dengan pengaderan di keluarga masing-masing.
“Terima kasih sudah membawa anak-anak di sini, sudah melibatkan anak ikut untuk ber-Nasyiatul Aisyiyah,” ucapnya mengakhiri materinya. (*)
Editor Mohammad Nurfathoni/AS.