PWMU.CO – Captive Market menjadi bahasan dalam Seminar dan Bedah Buku Cara Mudah Membesarkan Sekolah di Era Industri 4.0-Society 5.0 di Lantai 3 Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik, Sabtu (4/5/2024).
Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Yusuf Diachmad Sabri ST MBA pada pembukaan mengatakan captive market atau pasar khusus sejatinya telah dimiliki Muhammadiyah.
“Sejatinya Muhammadiyah telah menghadirkan amal usahanya pada setiap fase kehidupan,” katanya.
Dia menuturkan, di Muhammadiyah itu kita punya captive market. Fase pertama saat ada ibu hamil dan melahirkan seorang bayi, sudah ditangani Rumah Sakit Muhammadiyah. Jika itu dipandang sebuah aset ke depan maka mulai dari rumah sakit itu kita dapat membina bagaimana merawat bayi, mendoakan dan memberikan treatment yang tepat.
Pada fase kehidupan selanjutnya, Muhammadiyah memiliki penitipan anak baik yang dikelola oleh Aisyiyah maupun Nasyiatul Aisyiyah. Begitu seterusnya lanjut mereka akan di sekolahkan di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
“Mulai dari jenjang SD, SMP dan SMA bahkan hingga tingkat Universitas,” katanya dalam kegiatan yang diselenggarakan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kabupaten Gresik itu diikuti oleh 102 peserta yang terdiri dari Kepala Sekolah dan Guru SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK Muhammadiyah se-Kabupaten Gresik ini.
Kesemuanya adalah fasilitas yang sudah dimiliki Muhammadiyah dan telah didapatkan manfaatnya oleh masyarakat. “Alhamdulillah hari kami sampaikan terima kasih kepada Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kabupaten Gresik yang menyelenggarakan Seminar dan Bedah buku ini,” tuturnya.
Sabri berharap dari kegiatan ini, seluruh peserta mendapatkan wawasan tentang cara membesarkan sekolah khususnya sekolah Muhammadiyah di Kabupaten Gresik. “Apapun bentuk prestasi dari sekolah, ujungnya adalah bagaimana kita mendapatkan siswa yang cukup, dan itu adalah wajib,” tegasnya.
Dia mengatakan memiliki siswa yang cukup adalah sebuah tuntutan. Meski kita bicara prestasi dan dakwah, tetapi dengan kecukupan siswa maka akan semakin luas manfaatnya.
Dia memberikan analogi bahwa di akhirat ketika kita berbuat baik di dunia itu dinilai oleh Allah secara kuantitatif. Yaitu bahwa antara kebaikan dan keburukan diukur (mana yang lebih banyak). “Sehingga dengan kuantitas siswa yang semakin tinggi, hal tersebut menunjukkan respon masyarakat secara terukur,” jelasnya.
Sabri memberikan semangat kepada seluruh peserta untuk bersama-sama membesarkan sekolah Muhammadiyah. Menutup sambutannya dengan pantun.
Jika ada cahaya kenapa pakai lilin
Jika ada Muhammadiyah kenapa harus pilih yang lain (*)
Penulis Fatma Hajar Islamiyah. Editor Ichwan Arif.
Discussion about this post