Guru Besar ITS Ini Mengajak Pesantren Muhammadiyah Ngaji Alam Semesta; Liputan Dadang Prabowo, konrributor PWMU.CO Kota Pasuruan.
PWMU.CO – Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Prof Agus Purwanto DSc, mengajak pesantren Muhammadiyah untuk mengaji alam semesta.
Hal itu ia sampaikan dalam Seminar Nasional Pra Mukatamar yang diadakan di kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Sabtu (6/8/22).
Di seminar yang bertema Pesantren Muhammadiyah dan Tantangan Masa Depan, Prof Agus Purwanto memotret wajah ajaran Islam yang tereduksi menjadi persoalan fikih dan tasawuf dan abai terhadap persoalan sains.
“Jadi ketika kita berbicara Islam dan al-Quran, nyaris sains dan teknologi tidak keluar dari al-Qur’an,” ujarnya.
Kondisi seperti itu menurut Gus Pur—sapaan akarabnya—sudah berlangsung lama selama sepuluh abad, hingga saat ini.
“Inilah wajah Islam yang ada pada saat ini. Padahal kita saat ini berada di era pengetahuan dan teknologi,” ucapnya.
Minus Tokoh Sains
Gus Pur melanjutkan lulusan pesantren saat ini, baik salaf maupun modern, banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional yang pakar dalam bidang politik, keagamaan, dan sosial humaniora. Para tokoh itu tidak pernah mengajak bangsa ini menjadi bangsa industri dan mengajak generasi mudanya untuk mendapatkan hadiah Nobel.
Ia melanjutkan ketika seseorang meraih hadiah Nobel; yang terpenting bukan meraih Nobel itu sendiri. Tetapi proses untuk mendapatkan Nobel itu butuh perjuangan panjang. Dan itu menandakan tumbuhnya tradisi ilmiah.
“Tradisi ilmiahnya ini yang tidak ada di bangsa kita saat ini,” ujarnya.
Dari data yang ada, imbuhnya, negara-negara religius itu antiterhadap sains. Universitas-universitas top di Indonesia pun menempati posisi terendah dari peringkat universitas negara-negara yang ada di ASEAN sekali pun.
“(Universitas top Indonesia) berada di posisi kesembilan,”ungkapnya. “Jadi peringkat satu sampai delapannya adalah negara lain.”
Bahkan, dari data yang ada: motor dan mobil yang dipakai oleh rakyat Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2019—ada 95 juta unit—semuanya berasal dari Jepang.
“Jadi semua keuntungannya masuk ke sana (Jepang),” terangnya.
Baca sambungan di halaman 2: Dunia Islam Ketinggalan