Ada Anak Jalanan, LDK yang Pertama Dipanggil; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Beragam sasaran maupun rencana komunitas binaan Lembaga Dakwah Khusus dari empat daerah di Pantura terungkap pada hari kedua Bimbingan Teknis Dai Komunitas Regional V. Berikut pemaparan perwakilan peserta dari masing-masing kabupaten di Hotel Horison, Ahad (29/8/22) siang.
LDK Tuban
Abdul Majid mengingatkan, sesuai amanat Muktamar Ke-47 Muhammadiyah di Makassar, LDK punya empat sasaran. “Kelas menengah, atas, bawah, virtual. Sebenarnya LDK Tuban sudah mengambil semua kelas itu. Silakan dicek,” ujarnya.
“Kami tidak pernah ingin memuhammadiyahkan, bahkan mengislamkan saja kami tidak pernah walaupun kami punya tempat al-Maun Center,” lanjutnya. Di sana, kata dia, ada Muallaf Center.
Bahkan, kata dia, mereka punya tagline tidak pernah mengatakan itu haram tapi juga tidak pernah mengatakan itu halal. “Berhasil buktinya. Berdasarkan data, ada 167 pemakai narkoba di Tuban kami sadarkan,” imbuhnya.
Sejak tahun 2017-an, pihaknya juga sudah menyasar komunitas olahraga. Salah satu timnya bahkan dilantik langsung gubernur sebagai Ketua Tani Milenial Tuban.
Bahkan ketika ada kegiatan di Muhammadiyah, sambungnya, yang membuat flyer adalah anak punk atau anak jalanan. “Kalau ada anak jalanan, bukan satpol PP yang dipanggil pertama, tapi LDK!”
Begitu pula kalau ada pemakai narkoba. “Bahkan kami merehabilitasi mandiri,” tambahnya.
Menurutnya, kelas marginal luar bisa banyak dan LDK mengutamakan asas manfaat. “Negara mungkin tidak mampu melakukannya, bahkan saya sudah bolak-balik keluar Pokja, karena mereka hanya seremonial,” ujarnya.
Di hadapan Wakil Ketua PWM Jatim Drs Nur Cholis Huda MSi yang hadir siang itu, dia mengungkap keinginannya. “Saya punya cita-cita di Tuban. Kami punya agenda nasional. Seluruh LDK se-Indonesia datang ke Jawa Timur, mungkin LDK Tuban menjadi tuan rumah nanti, kita langsung visit ke komunitas kami,” tegasnya.
LDK Bojonegoro
Perwakilan LDK Bojonegoro Muhammad Yusron mengatakan, dakwah yang sudah mereka lakukan masih merambah kaum normal. “Kaum abnormal ini belum kami sentuh karena sisi kedekatan dengan anjal dan pramuria itu kami belum punya akses,” ujarnya.
Mengingat tingginya biaya perawatan jenazah di Bojonegoro, pihaknya berencana membuat draft yang digarap lebih lanjut bersama anggota DPRD. Dengan begitu, harapannya menjadi Perda yang mengatur layanan perawatan jenazah.
“Borongan gali kubur saja Rp 3 juta. Belum lagi kalau diikuti mengaji dan lain-lain itu hampir di angka Rp 15 juta. Nanti jadi masalah kalau kalangan bawah,” imbuhnya.
Adapun untuk kaum terrmarjinalkan, mereka berencana sweeping sekaligus memberi advokasi kaum pramuria di daerah perbatasan Bojonegoro. “Kalau mau masuk Bojonegoro di situ ada jembatan yang tiap malam ada transaksi seksual,” ungkapnya.
Dia bersyukur, timnya yang memang berlatar belakang dai itu selama ini lancar saat membuat program dakwah virtual. “Tiap hari Sabtu ada kajian Riyadhu Salihin pakai Zoom, difasilitasi SD Muhammadiyah Bojonegoro. Tiap Kamis dan Selasa dengan radio Madani FM,” tambahnya.
LDK Lamongan
Perwakilan LDK Lamongan Ahmad Mubin menyatakan, kondisi Lamongan pada umumnya terbagi dua wilayah. Baik secara geografis maupun dalam dakwah. Yaitu antara pantura dan selatan, batasnya rel ketera api.
“(Lamongan) pantura sisi religius nya tinggi. Yang selatan, masih banyak perlu dibangun. Di sana juga masih ada Kristenisasi,” ungkapnya. Maka, LDK wilayah Selatan sudah bekerja sama untuk membina masyarakat yang masih dimasuki misionaris.
Mereka juga membina Lembaga Pemasyarakatan. “Setiap Jumat kita mengisi di sana bergantian, ada jadwal. Saat Covid-19 kemarin agak tersendat karena kita tidak bisa masuk di sana, sebelum itu kita aktif sekali,” terangnya.
Selain itu, mereka ikut berdakwah melalui Radio Prameswara. Masih di Lamongan Selatan, ada juga penerjunan beberapa dai dalam pembinaan baca al-Quran.
Adapun yang Lamongan Utara, dia menyatakan cenderung akan berguru kepada LDK Tuban. “Karena senapas. Masih ada anak punk, tergabung seperti satu link, sehingga kami juga melakukan kerja sama dengan pemerintah juga,” lanjutnya.
Ada seorang teman mereka yang membuka sendiri–belum di bawah naungan LDK–membekali life skill (kemahiran hidup) anak punk, seperti ngelas. “Nanti ada sertifikatnya yang pabrik-pabrik besar banyak membutuhkan,” imbuhnya.
LDK Gresik
Perwakilan LDK Gresik Murdiono menyampaikan, sasaran dakwahnya merambah komunitas gowes (bersepeda) dan kelompok perguruan beladiri yang tergabung di Ikatan Pencak Silat Indonesia. “Kami mengenalkan Muhammadiyah. Kami tau karakternya, metode penyampaiannya di sana,” terangnya.
Kemudian, untuk golongan menengah, mereka menyasar komunitas terapi kesehatan Ling Tien Kung. Adapun untuk dakwah virtualnya, mereka sudah aktif mengadakan di Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik. “Live streaming di YouTube setiap pengajian,” ungkapnya.
Pihaknya juga berencana membina teman-teman pengamen. “Nanti kami salurkan ke kafe, jadi mengisi live musik,” imbuhnya. Sasaran selanjutnya, ada pula orang-orang yang biasa mengambil sampah. Mereka tinggal di lingkungan TPA. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni