Tantangan Muhammadiyah Menghadapi Gerakan Islam Transnasional; Liputan Mulyanto, kontribuyot PWMU.CO Surabaya.
PWMU.CO – Penguatan ideologi Muhammadiyah dalam menghadapi gerakan Islam transnasional dibahas oleh Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Prof Dr Thohir Luth MA, dalam Kajian Ahad Pagi Sang Pencerah di Masjid Al-Hikmah Tambaksari Surabaya.
Kajian ini diselenggarakan Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tambaksari Surabaya, Ahad (25/9/2022).
“Tema ini kalau kuliah bisa 200 SKS, kok suruh bahas di kajian saat ini,” kelakar Thohir Luth memulai pembahasannya. “Tema itu menyuruh orang Muhammadiyah menjaga masjid kita. Jangan sampai orang atau kelompok lain mengganggu masjid kita.”
Dia menegaskan, kalau kita diganggu maka harsu dilawan dengan hukum. Karena itu masjid Muhammadiyah harus lengkapi dengan dokumen yang benar, surat tanah dan IMB. Menurutnya bermuhammadiyah harus tegas. Namun terus saling menghargai menghormati karena itu adalah ajaran Islam.
“Di masjid saya, saya bikin maklumat ente-ente dilarang masuk masjid Muhammadiyah kalau mau mengganggu Muhammadiyah. Apa karena Muhammadiyah terlalu toleran sehingga masjid kita diambil orang,” katanya.
Prof Thohir menjelaskan orang Muhammadiyah harus sepenuh hati berjuang membesarkan Islam melalui Muhammadiyah. Karena insyaallah perjuangan lewat Muhammadiyah bernilai ibadah dan jihad fi sabilillah.
“Al-Quran surat an-Nisa 95 mengatakan Allah meninggikan derajat bagi orang yang berjuang menegakkan ajaran Islam. Dengan itu masih ada orang Muhammadiyah yang masih individualis. Buat apa mengeluarkan harta, mengurus ranting cabang, padahal kita mujahidinloh,” terangnya.
Karenanya Prof Thohir merasa kasihan pada orang Muhammadiyah kalau tidak ngapa-ngapain. Tidak berperan dan berjuang di Muhammadiyah. Padahal Allah menjanjikan mati mulia bagi mujahidin.
“Apa lagi yang kita cari saudaraku? Kalau tidak hidup mulia atau mati syahid. Kiai Dahlan mengajari, ‘Ojo kesel nyambut gawe gawe nang Muhammadiyah. Jangan capek. Jangan-jangan orang Muhammadiyah adalah keloter pertama yang masuk surga,” tuturnya.
Gondoruwo
Lebih lanjut Prof Thohir menerangkan tantangan Muhammadiyah adalah gondoruwo. Bahkan gondoruwo adalah tantangan global. Apa itu? Yakni hedonisme berupa kesenangan tanpa batas, individualisme, dan materialisme. Itulah transnasional yang mengancam dunia dan kehidupan Muhammadiyah.
“Kalau kita menyebut orang Muhammadiyah ada maknanya. Kita tidak menganut gondoruwo namun kita terus sukarela memilih Muhammadiyah sebagai gerakan kita,” tuturnya.
Menurutnya ada konsekuensi logis memilih Muhammadiyah. Pertama harus setia. Setia adalah wujud komitmen bergerak dengan Muhammadiyah.
Kedua loyalitas wujud aspek setia. “Kita wajib setia lahir batin. Setia beneran. Bukan kesetiaan palsu atau buatan. Muhammadiyah hanya dijadikan jalan setelah dapat jabatan Muhammadiyah di lepas bahkan dijelekkan. Kita harus punya kesetiaan outentik setia beneran,” sarannya.
Konsekuensi ketiga adalah komitmen tinggi bermuhammadiyah. Sekarang besok sampai mati terus bermuhammadiyah.
“Jangan jahat. Biasanya orang mati di akhir hayatnya yang dikenang adalah apa yang dilakukan menjelang kematiannya itu,” terangnya.
Prof Thohir menambahkan, Muhammadiyah terus eksis dan bertahan hingga sekarang karena tiga faktor. Pertama karena orang berjuang di Muhammadiyah dengan ketulusannya dengan keikhlasannya.
“Tulus dalam berjuang. Bayaran pengurus Muhammadiyah jauh lebih mahal kalau dikonversi, karena berharap ridha dari Allah, bukan materialistik,” katanya.
Kedua adalah istikamah. Karena pejuang Muhammadiyah selain tulus juga istikamah. Kita tidak memegang peribahasa patah satu tumbuh seribu. Tapi generasi Muhammadiyah tumbu terus menerus.
“Jiwa ibadah sebenarnya kan istikamah. Inilah yang membuat kita bertahan sampai sekarang. Orang Muhammadiyah karena istikamah makanya kaya. Kaya materi juga kaya spiritualitas. Sekolah, kampus, rumah sakit, di mana-mana,” akunya.
Ketiga, kenapa Muhammadiyah maju dan eksis karena orang Muhammadiyah memiliki kerelaan berjuang. Berjuang itu perlu kerelaan. Karena kita yang mengurus Muhammadiyah akan banyak berkorban. Mengeluarkan biaya dan meninggalkan keluarga.
“Saya bilang ke keluarga, jangan melarang saya kalau mengurus Muhammadiyah. Karena apa yang dikorbankan untuk kepentingan umat bukan kepentingan pribadi. Itulah yang menjadikan kita hidup mulia dan mati sebagai mujahidin. Maka wajib ada kerelaan mengurus Muhammadiyah,” kata Guru Besar Ilmu Hukum Islam Universitas Brawijaya Malang itu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni