Aisyiyah Kota Probolinggo Mengikui Pelatihan Pendidikan Paralegal; liputan Uswatun Chasanah, kontributor PWMU.CO dari Kota Probolinggo.
PWMU.CO – Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Probolinggo mengikuti Pelatihan Pendidikan Paralegal Aisyiyah di Argo Mulia Prigen Pasuruan, Sabtu-Ahad (24-25/9/2022).
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur ini diikuti oleh114 peserta.
PDA Kota Probolinggo mengirimkan empat utusannya dalam kegiatan tersebut. Mereka merupakan perwakilan dari setiap majelis. Yaitu Indah Nurhidayati SPd (Majelis Tabligh dan Tajdid), Aries Dirgayunita MPsi (Majelia Hukum dan HAM), Robiatul Adawiyah MSos (Majelis Kesehatan dan Sosial) dan Uswatun Chasanah SPd (Majelis Dikdasmen).
Ibu-ibu Aisyiyah ini terlihat kompak dan semangat mengenakan seragam bernuansa hijau dan kerudung kuning gading. Mereka berangkat dari Probolinggo pukul 06.15 Wib dan sudah sampai di lokasi pukuk 08.00 Wib. Mereka bersyukur dalam perjalanan selama dua jam itu berjalan lancar dan bisa hadir tepat waktu.
“Alhamdulillah bisa sampai di sini pukul 08.00 WIB dan belum terlambat,” ucap salah peserta.
Kegiatan yang mengusung tema Penguatan Peran Aisyiyah dalam Pendampingan Hukum pada Perempuan dan Anak untuk Indonesia Berkemajuan ini dimulai pukul 09.00 Wib. Acara dimulai dengan pembacaan an-Nisa ayat 57-59. Selanjutnya seluruh peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya, Sang Surya, dan Mars Aisyiyah.
Ketua Panitia Penyelenggara Dra Sri Pratiwi Ningrum MHES dalam sambutannya menyampaikan, tujuan dari kegiatan pendidikan paralegal ini. Sri Pratiwi mengatakan pelatihan paralegal ini penting bagi Aisyiyah guna merespon berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta persoalan hukum.
Maka, pihaknya dalam hal ini Majelis Hukum dan HAM PWA Jawa Tumur melakukan sinergi dengan majelis lain dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Peserta dalam pelatihan ini berasal dari unsur Majelis dan ortom seperti Majelis Tabligh dan Tajdid, Majelis Kesehatan dan Sosial, Majelis Dikdasmen, Nasyiatul Aisyiyah dan Pemuda Muhammadiyah.
Pada saat membuka acara, Ketua Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) PWA Jawa Timur Arini Jauharoh SH MKn menyampaikan pemateri yang dihadirkan sebagian besar dari kalangan pengacara. Sehingga, diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan peran Aisyiyah dalam memberikan pendampingan bagi masyarakat yang kurang mampu serta menguatkan peran Aisyiyah yang berkemajuan.
“Semoga pelatihan paralegal ini semakin menguatkan peran Aisyiyah dan memberikan bantuan hukum khususnya bagi yang membutuhkan dan tidak memiliki kemampuan di dalamnya,” jelasnya.
Pemberdayaan Perempuan
Sementara itu, Wakil Ketua PWA Jatim Dra Sugiarti MSi menuturkan agar Aisyiyah dapat memberdayakan perempuan. Menurutnya, selama ini perempuan masih sering ditempatkan pada posisi yang kurang baik. Maka, aktivis Aisyiyah selayaknya bisa melihat peran perempuan dan laki-laki dalan konsep persamaan gender.
Saat ini ditemukan sejumlah 703 kasus kekerasan dihadapi anak- anak, 2440 kasus perempuan. Selain itu, ada 1723 perempuan mengajukan cerai dan 31 perkara dari pihak laki-laki yang mengajukan mengajukan cerai.
Sugiarti merasa miris dengan berbagai kasus yang melibatkan perempuan dan anak. Namun, dalam organisasi otonom Aisyiyah ini telah mentasbihkan diri pada persoalan perempuan dan anak.
Dia menjelaskan kasus kekerasan pada anak sering terjadi pada tingkat satuan pendidikan, pondok dan asrama. Sehingga, Sugiarti berpesan agar Aisyiyah pada tingkat cabang maupun ranting ikut andil dalam mensosialisasikan tentang berbagai hal terkait perempuan dan anak.
“Semua Majelis harus memberdayakan perempuan dan inilah bentuk konstruksi peran Aisyiyah” katanya
Dihadapan seluruh peserta pelatihan Sugiarti juga menginformasikan PWA sudah memiliki Pos Bantuan Hukum (Posbakum). Posbakum ini dibentuk dengan melakukan kerjasama dengan Fakultas Hukum UM Surabaya.
Sugiarti juga menghimbau kepada pengurus PDA agar bergerak cepat dalam jemput bola terkait persoalan masyarakat. Ketika PDA menangani perkara bisa bersinergi dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang punya Fakultas Hukum.
“Ibu-ibu Aisyiyah harus bekerja ikhlas, bekerja tuntas, agar persoalan-persoalan perempuan dan anak bisa terselesaikan dengan baik,” tuturnya.
Dia juga memberikan apresiasi kepada antusiasme ibu-ibu Aisyiyah dalam mengikuti pelatihan pendidikan paralegal ini.
“Luar biasa semangatnya, secara tidak langsung ibu- ibu Aisyiyah datang ke sini ingin memperoleh pengetahuan, wawasan dan ketrampilan,” katanya mengapresiasi. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/AS