PWMU.CO– Muktamar dibuka oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir secara hybrid yang berpusat di Gedung Djasman Al Kindi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sabtu (5/11/2022) pagi.
Ada empat agenda sidang pleno pertama Muktamar ke 48 Muhammadiyah-Aisyiyah. Yaitu membahas laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, penyusunan program Muhammadiyah periode 2022-2027, Risalah Islam Berkemajuan bagi Muhammadiyah, dan Risalah Perempuan Berkemajuan bagi Aisyiyah, serta isu strategis keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta.
Haedar Nashir saat muktamar dibuka mengatakan, semua telah disiapkan. Pertama, Laporan Pertanggungjawaban adalah perwujudan dari apa yang dilakukan sebagai usaha menjalankan amanah dari Muktamar ke-47.
”Kami mengerjakan dengan mengerahkan segala kemampuan. Tentu ada kekurangan dan kelemahan, maka kami persiapkan segenap anggota muktamar untuk membahasnya, memberikan catatan penting bagi kami,” katanya.
Kedua, program dan apa yang dilakukan lima tahun mendatang adalah proyeksi dari apa yang sudah dilakukan empat periode sebelumnya sebagai satu kesatuan program jangka panjang Muhammadiyah.
Dia menyadari, ada dinamika dan masalah baru yang harus dijawab dan pogram baru yang mencerminkan langkah-langkah strategis Muhammadiyah dalam menghadapi berbagai situasi dan konteks yang bersifat kekinian.
”Semua langkah ke depan milik bersama yang harus kita kembangkan dan laksanakan secara masif setelah muktamar dilanjutkan dengan Musywil, Musyda, dan Musycab,” tandasnya.
Risalah Islam Berkemajuan
Risalah Islam Berkemajuan, dia menjelaskan, ialah perspektif pandangan Muhammadiyah tentang Islam. Sebagai kelanjutan pokok pikiran Muhammadiyah abad kedua yang memerlukan elaborasi dan berbagai aspek atau dimensi agar pandangan Islam berkemajuan itu dapat dilaksanakan dan menjadi alam pikiran seluruh warga dan pimpinan Muhammadiyah dan menjadi fungsi terbaik bagi masyarakat luas.
”Islam berkemajuan bukan hanya pemikiran tapi juga jadi orientasi berpikir, bertindak dan mewujudkan langkah-langkah nyata bagi kemajuan Muhammadiyah, umat, bangsa dan semesta dalam perspektif Islam sebagai dinul hadharah yang melahirkan spirit misi Rasulullah: Wamaarsalnaka ila rahmatan lil aalamin,” terangnya.
Pembahasan lainnya, Risalah Perempuan Berkemajuan sebagai perspektif Aisyiyah berbasis Islam. ”Tentang posisi dan peran perempuan baik di wilayah domestik maupun publik, yang satu nafas, satu jiwa dengan Islam berkemajuan, bahkan lahir dari pandangan Islam berkemajuan yang orientasinya bersifat inklusif,” ungkapnya.
Persidangan itu juga membahas bagaimana konsep itu menjadi rujukan bagi perempuan di negeri tercinta bahkan di taraf dunia, untuk dan atas nama spirit Islam melahirkan perempuan berkemajuan yang menebar rahmat bagi kehidupan.
Isu Strategis
Agenda sidang terakhir, isu strategis keumatan kebangsaan universal, menurut Haedar, adalah formulasi dari cara pandang Muhammadiyah Aisyiyah terhadap masalah utama menyangkut keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan.
”Muhammadiyah dan Aisyiyah melihat problem itu bukan semata-mata untuk kita jadikan isu tapi cara pandang kita terhadap problem itu dan solusi yang bisa kita tawarkan dari problem itu sehingga Muhammadiyah dalam mengangkat isu itu tidak sekadar jadi wacana tapi terlibat menyelesaikan masalah itu dan mengajak semua pihak menyelesaikannya sebagaimana karakter Muhammadiyah yang selalu hadir satu abad ini,” katanya.
Bahkan menghadirkan Islam sebagai solusi kehidupan lewat berbagai amal usaha, gerak dakwah bil hal, bahkan gerak pemikiran sekalipun selalu memberikan fondasi dan orientasi pemecahan masalah.
Haedar menegaskan, insyaallah Muhammadiyah Aisyiyah tidak hanya berwacana tentang problem tapi juga memberi solusi dan terlibat aktif menyelesaikan masalah itu.
Menurutnya, tentu tidak bisa diselesaikan sendirian. Perlu kerja sama dengan berbagai pihak. Dengan kesadaran kolektif dan relasi baik. Dia mengajak seluruh pihak, pemerintah, komponen bangsa bahkan tingkat dunia untuk terlibat menyelesaikan masalah bersama itu.
Dia yakin, ini muktamar yang produktif, kolektif, sekaligus Muktamar dengan persidangan era baru. “Di mana kita hadir dengan penggunaan teknologi digital yang sangat penting. Persidangan ini maupun Muktamar nanti, jadikan pengikat kita untuk mempererat ukhuwah dan melangkah bersama dengan optimis,” ujarnya.
Lalu dia mengutip refrain lagu muktamar Derap Berkemajuan.
di Solo jalin ukhuwah
muktamar satukan langkah
bersama cerahkan semesta
sang surya suluh peradaban
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post