Adu dan Adon oleh Abu Nasir, Ketua PDM Kota Pasuruan.
PWMU.CO– Imam Bukhari meriwayatkan apa yang ia dapat dari Abdullah ibnu Zubair tentang kedatangan kafilah Banu Tamim kepada Nabi. Mereka minta agar ditunjuk seorang pemimpin dari kalangan mereka. Sebelum Nabi berbicara, Abu Bakar mendahului memberikan pendapat :
”Angkatlah Al-Qa’qa bin Ma’bad.”
Umar tidak mau kalah. Ia mengajukan pendapat dan berkata :
”Angkat saja Al-Aqra bin Habis.”
Abu Bakar menoleh kepadanya dan bersungut :
” Kau ini hanya ingin membantahku saja, Umar !”
Umar menjawab:
” Tidak ada maksudku membantahmu, wahai Abu Bakar!”
Perang mulut dua sahabat terkemuka ini menimbulkan kegaduhan di majelis Nabi. Suara mereka terdengar keras. Tidak ada yang mau mengalah.
Ibnu Abu Mulaikah malah menyebut, hampir saja kedua orang terbaik di sisi nabi itu binasa karena mereka mendahului berpendapat sebelum Nabi dan meninggikan suaranya. Akhirnya keduanya menyadari tatkala turun surat al-Hujurat ayat 1-3.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ 1 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ 2 إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ 3
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
Mendapat teguran langsung al-Qur an ini Abu Bakar berkata:”Ya Rasulullah, aku tidak akan bicara denganmu kecuali bicaranya seseorang yang membisikkan rahasia kepada saudaranya.”
Umar pun menyadari kesalahannya. Dia tidak berani lagi angkat bicara sebelum Nabi dan hanya akan bicara lembut kepadanya.
Mereka merasakan betul bahwa ayat al-Quran itu berkenaan dengan perilakunya.
Mengukur Diri
Tsabit bin Qais bin Asyammas turut mendengar ayat itu. Dia pulang dan mengunci diri di kamarnya. Kesedihan melandanya. Berhari-hari dia tidak berani keluar.
Nabi merasa kehilangan sahabatnya ini. Beliau mengutus seorang sahabat dan menanyakan perihalnya. Tsabit berujar: ”Akulah orang yan sering meninggikan suara di atas suara Nabi. Aku pula yang bersuara keras kepada beliau. Semua amalku bakal dihapuskan dan aku termasuk ahli neraka.”
”Bagaimana aku tidak takut dan sedih?”
Utusan Rasulullah menceritakan apa yang terjadi pada Tsabit. Nabi yang mulia berkata: ”Tidak, bahkan dia termasuk penghuni surga.”
Sejak itu para sahabat melihat Tsabit bin Qais kembali bersama mereka dengan hati gembira.
Para sahabat Nabi menyaksikan dalam perang Yamamah, Tsabit bin Qais telah memakai kapur barus dan mengenakan kain kafan. Ia maju ke barisan musuh dan menyerang mereka. Ia gugur sebagai syuhada.
Tsabit bin Qais hidup mulia. Mati syahid dan menjadi penghuni surga karena suka mengukur diri dengan al-Quran. Orang-orang mukmin menjadikan al-Quran sebagai standar nilai.
Kepadanya seorang mukmin mampu melihat diri sendiri, kekurangan dan kelemahan diri. Orang yang mengukur diri dengan al-Quran akan hidup dalam kemuliaan dan mati dalam kesyahidan.
Surat al-Hujurat ayat 1-3 di atas tidak sekadar bicara tentang anjuran mengukur diri, tapi juga etika. Imam Ibnu Katsir mengatakan, ayat itu mengajarkan etika sopan santun hamba-hambaNya dalam bergaul dengan Rasulullah secara khusus dan dengan sesama kaum beriman pada umumnya.
Boleh Adu, Jangan Adon
Di Musywil ke-16 Muhammadiyah Jatim di Ponorogo nanti pasti ditemukan silang pendapat. Adu pikiran. Adu usul. Silang pendapat paling ramai tentu terjadi dalam pemilihan 13 anggota PWM.
Paling mengemuka adalah pemilihan ketua. Sangat terasa jauh hari sudah banyak calon yang dikedepankan. Si A maupun si B. Hal ini sah saja. Bahkan peserta bisa terbantu karena dengan mengetahui calon akan bisa dilacak track record-nya sehingga lebih mudah menentukan pilihannya. Usulan agar nama-nama calon PWM segera dirilis ada benarnya. Para calon akan diadu dan beradu performa di antara anggota Musywil.
Yang harus dihindari adalah laku adon. Dalam bahasa Jawa kata adon berarti mengandung sifat mengadu. Yaitu membangun image di antara dua orang agar terjadi permusuhan dan perkelahian.
Dari sini berkembang menjadi adon-adon, yaitu kecenderungan melakukan ghibah, rasan-rasan dan lok-lokan. Saling adon berarti menjelek-menjelekkan sesama dan menyebarkannya satu sama lain agar terjadi permusuhan. Meng-ghibah dan mengolok-olok orang lain sangat dilarang dalam al-Quran.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.
Kebiasaan meng-ghibah dan mengolok akan berujung pada character assassination, pembunuhan karakter. Perilaku yang sangat jahat. Harus dijauhi.
Siapapun boleh mengajukan calon, mendukung dan mengadunya dengan calon lain. Mereka boleh adu visi, adu program. Fair-fairan tapi tidak boleh adon.
Sikap saling adon akan menimbulkan suasana padon, tukaran dan perkelahian. Sesuatu yang su’ul adab dan jauh dari nilai Islam dan karakter Muhammadiyah.
Mengaca Muktamar
Kita bisa mengaca pada Muktamar ke- 48 di Surakarta. Ramai di media, anget di prosesnya, adem di pelaksanaan dan ending-nya. Semuanya legowo, lilo dan bergembira.
Beda lagi yang lainnya. Adem di media, berkelahi di pelaksanaan dan ending-nya.
Jika kita mengukur diri dan belajar dari al-Quran, khususnya surat al-Hujurat di atas akan kita dapat adab dan kesopanan epik dalam Musywil nanti.
Para calon melakukan re-evaluasi. Mengukur kemampuan keterbatasan diri sehingga tidak mendesakkan diri untuk maju apalagi sampai minta dipilih. Jika saking banyaknya calon sampai sek-sekan alangkah indahnya mempersilakan yang lain maju dan dirinya mundur. Ini sebuah akhlak yang luhur. Asli watak Muhammadiyah.
Akhlak yang tidak mau menonjolkan diri tapi merasa dan mengukur diri.
Pengajuan dan mengadu calon sah dan bagus, namun penentunya adalah anggota Musywil yang jumlahnya sekitar 1.148 se Jatim.
Boleh pula nyangoni mereka dengan kerpekan nama-nama calon pimpinan, namun yakin tidak akan terlalu banyak pengaruhnya karena peserta yang terdiri dari pimpinan Muhammadiyah itu sangat independen. Pikiran dan hati nurani nanti yang akan bicara dan menggerakkan pilihannya.
Adab sopan santun juga perlu dijaga dalam berpendapat dan berbicara. Seyogyanya dihindari keras-kerasan dan tinggi suara karena hal itu hanya akan menghilangkan amal ibadah kita.
Muspro tak bersisa. Cukuplah berdiskusi sederhana dengan suara datar dengan tempo dan intonasi penuh hormat dan penghargaan. Berbicara keras dan tinggi suara apalagi disertai dengan emosi hanya untuk mendesakkan keinginan dan jagonya hanya akan semakin membuka siapa kita.
Semoga Musywil ke-16 yang akan datang mencerahkan, menyejukkan, dan menghasilkan PWM terbaik persyarikatan.
Editor Sugeng Purwanto