Popularitas dan Integritas di Musywil Muhammadiyah oleh Ainur Rafiq Sophiaan, Pemred Majalah MATAN dan Wakil Ketua LHKP Jatim
PWMU.CO– Musywil ke-16 Muhammadiyah Jatim akan dibuka Sabtu (24/12/2022) pagi. Semula rencananya dilangsungkan di Gedung Expotorium Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Namun, karena animo penggembira yang tercatat kian membeludak hingga 12 ribu orang, akhirnya dipindahkan ke Alun-alun Kabupaten.
Boleh jadi yang hadir akan lebih banyak lagi. Yang tak sempat meng-klik registrasi online dengan iming-iming doorprize lima sepeda motor. Juga ada hadiah lima paket umrah yang dipersembahkan panitia untuk anggota Musywil yang berjumlah 1.148 orang.
Ini benar-benar Musywil bertabur hadiah. Dakwah menggembirakan seperti seruan KH Ahmad Dahlan sejak membesut gerakan ini tahun 1912 lalu.
Itu yang muncul di permukaan. Tontonan yang menghibur rakyat Ponorogo dan penggembira sebelum dan selama Musywil lebih banyak lagi. Tapi yang terjadi di bawah permukaan tak kalah serunya.
Entah yang begini bisa disebut menggembirakan, menyedihkan, memprihatinkan, membingungkan, mendebarkan, memalukan atau terserah istilah Anda. Tak perlu ada perdebatan soal diksi begini. Bisa jadi ini ketularan watak Reog Ponorogo!
Gerakan Cilukba
Apalagi kalau bukan kontestasi memperebutkan 13 kursi di PWM Jatim periode 2022-2027. Ah, mana ada kontestasi. Toh di Muhammadiyah kepemimpinan bersifat kolektif kolegial. Pemegang hak suara tidak satu nama sebagaimana lazimnya di ormas lain yang sering percikkan api gesekan. Lalu berujung gasakan seperti kontestasi parpol yang biasanya disertai ”tarif” para kandidat.
Sebaliknya di Persyarikatan Muhammadiyah insyaallah nihil iming-iming. Peraih suara terbanyak juga belum pasti mau menjadi ketua umum.
Pernyataan di atas memang ada benarnya. Meski tak betul seratus persen. Di era medsos seperti sekarang mana ada yang disebut rahasia. Mana ada pergerakan aktivis tidak terdeteksi. Mana ada orang yang ikhlas seperti kata Ali bin Abu Thalib yang jejak kakinya di atas lautan pasir. Berbekas tapi tak terdengar derap langkahnya.
Mana ada yang tidak mengejar kursi terbatas dan keramat di angka 13 itu? Dan berbagai rekayasa pun dibuat seperti tukang sulap. Beberapa aktivis menjadi tim sukses. Malu tapi mau.
Dengan gerakan model Cilukba! Ada model paparan para petahana. Ada yang bak fit and proper test di DPR. Ada surpei (pakai p ya) dadakan yang lembaganya saja baru muncul dadakan. Pertama sekaligus terakhir. Tidak usah melihat metode, sample, dan margin error-nya. Wong menulis nama orang saja tak akurat.
Ah, buat apa bahas yang serius-serius begitu. Toh yang buat acara juga yakin tidak serius. Ya, kira-kira untuk hiburan. Lihat sekilas hasil surpeinya juga seperti boneka Barbie. Lucu, menggemaskan, lalu membingungkan sampai tepuk jidat.
Kalau sudah begitu ormas berasa orpol jadi tercium baunya. Lagi-lagi inilah yang disebut dakwah menggembirakan. Bahasa diplomatisnya, inilah dinamika. Konsekuensi Islam Berkemajuan.
Pencerahan, Bukan Penggelapan
Pertanyaannya sekarang adalah pemegang hak suara akan memilih 13 nama dari 64 nama yang sudah diverifikasi oleh panitia pemilihan. Nama 64 kandidat dan jabatannya memang sudah diumumkan Kamis (22/12/2022).
Biodatanya baru bisa dibaca lengkap dalam buku panduan yang dibagikan ketika masuk acara Musywil pagi hari. Pemilihan calon pimpinan berlangsung malam harinya pukul 19.00. Ada waktu sekitar 10 jam untuk menimbang-nimbang nama-nama itu. Selanjutnya terserah pemegang suara.
Nama-nama itu boleh jadi—pinjam tolok ukur konsultan politik—ada yang popularitas tinggi, namun akseptabilitas dan elektabilitasnya rendah. Agar lebih pas kita ganti akseptabilitas dengan kapabilitas dan integritas yang berkorelasi dengan keahlian yang dimilikinya.
Di sinilah titik krusialnya. Sebaliknya, mungkin popularitas rendah tapi kapabilitas dan integritasnya cukup baik. Bagi pemilih dari PCM-PCM yang tak begitu sering berkomunikasi dengan calon anggota PWM di luar petahana memang perlu pencerahan. Bukan penggelapan. Apalagi pencitraan.
Karena ini ormas dakwah, maka tolok ukur pertama dan utama adalah soal integritas. Tak lagi penting darah segar atau darah kental. Isu kepemimpinan selalu menjadi lebih menonjol dibandingkan isu-isu strategis dan program yang kurang diminati orang awam.
Maklum, dalam 25 model kepemimpinan seperti tertera di buku Stepen R. Covey, The 8 Habit from Effectiveness to Greatness, yang paling bagus tetap kepemimpinan keteladanan. Dalam bahasa teologisnya, uswatun hasanah (QS al Ahzab : 21).
Akhirnya, sejarah lima tahun mendatang Muhammadiyah Jatim akan ditulis dari Kota Santri dan Budaya itu. Sebagai PWM berasa PP – istilah KH Saad Ibrahim yang kini terpilih menjadi Ketua PP – dengan jumlah ribuan AUM dan aset triliunan rupiah pantas ke-13 nama yang bakal terpilih nanti memegang amanah yang tak ringan. Entah yang popularitas, kapabilitas, integritas. Asal bukan yang cari isi tas.
Selamat ber-Musywil. Membumikan Islam Berkemajuan, Memajukan Jawa Timur!
Editor Sugeng Purwanto