Guru SD Mugeb dan Berlian School Belajar Integrasikan STEM; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Memasuki semester II tahun pelajaran 2022-2023, para guru SD Muhammadiyah 1 dan 2 GKB Gresik (SD Mugeb dan Berlian School) mengikuti pelatihan bertema ‘Fun Learning un Digital Era: Integrated STEM Learning in Education for Sustainable Development’, Jumat (30/12/2022).
Pengajar Praktik (PP) Pendidikan Guru Penggerak Jawa Timur Anis Shofatun SSi MPd menjadi pemateri sesi pertama. Anis–sapaannya–awalnya menerangkan digitalisasi pendidikan.
“Inilah wujud transformasi pendidikan di mana atmosfer belajarnya boardless dan fleksibel, menggiring student inquirer dan innovative teacher,” terang Anis.
Di sisi lain, lanjutnya merujuk Ship dan Naula (2017), digitalisasi pendidikan itu punya konsekuensi negatif berupa hilangnya kemampuan mental (emosi dan afeksi), penurunan keterampilan interpersonal (sosial), hilangnya minat membaca, kecanduan layar, dan perkembangan radiasi dan kanker yang makin tinggi.
Sebagai regulator, kata Anis, perlu merespon digitalisasi pendidikan itu dalam hal infrastruktur IT, kebijakan transformasi digital, atmosfer belajar,
digital learning tools, serta strategi menghadapi tantangan dan peluang. “Sebagai guru, kita perlu menyiapkan growth mindset, keterampilan literasi digital, self awareness, manajemen waktu, fasilitasi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan interaktif,” urainya.
Membahas pembelajaran menyenangkan di era digital ini, ibu dua anak itu menegaskan, “Kehidupan abad 21 menggiring perubahan sistem pengajaran guru, diperlukan adaptasi akan kemajuan teknologi, dan penyegaran terhadap metode pengajaran tradisional.”
Integrasi STEM
Karena itulah, Anis lantas menawarkan pengintegrasian sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM) dalam satu pengalaman belajar. “Ini berarti memadukan antara scientific method (metode ilmiah) dan EDP kontekstual dengan Real World Application (kehidupan nyata),” jelasnya.
Selain itu, juga melibatkan pembelajaran berbasis proyek, menyiapkan siswa untuk menjadi SDM yang mampu integratif, serta mengembangkan soft skill maupun keterampilan teknis.
Guru SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik itu pun memaparkan unsurnya satu per satu. Pertama, sains. “Berarti pengetahuan memuat konsep, hukum, teori fenomena alam yang melibatkan observasi dan pengukuran misal pada aspek lingkungan atau SDGs,” terangnya.
Kedua, teknologi, menggunakan peralatan teknologi seperti komputer. Unsur ketiga, engineering, meliputi alternatif penyelesaian masalah, perencanaan proyek, inovasi produk, dan desain pengembangan sistem. Terakhir, matematika. Ini seperti pola-pola, deret, besaran, bangun ruang, perbandingan, volume, struktur, perubahan bilangan, dan lainnya.
Anis menekankan, pembelajaran yang mengintegrasikan STEM ini akan mengembangkan beberapa keterampilan yang penting, seperti berpikir independen, mampu menyelesaikan masalah, inisiatif, kreatif, komunikasi, analisis kritis, literasi digital, dan kerja sama.
Adapun untuk mewujudkan beragam keterampilan itu, kata Anis, perlu setidaknya lima hal. Yaitu punya mimpi masa depan, berpikir kritis dan reflektif, berpikir sistem, membangun relasi dan kolaborasi, dan terlibat dalam pengambilan keputusan.
Contoh Integrasi STEM
Anis akhirnya memaparkan contoh penerapan aspek e-STEM dalam tema ‘Arsitektur Terapung Berkelanjutan’. Pertama, aspek sains, siswa harus menunjukkan pemahaman konsep tentang massa jenis, gaya apung, pusat gravitasi, dan bagaimana membuat bangunan lebih stabil.
Kedua, aspek teknologi. “Ide ini akan melibatkan penggunaan bambu, stik es krim dan bahan apung lainnya. Siswa bekerja sama merancang proses serta mempresentasikan hasil mereka menggunakan media apapun,” jelasnya.
Ketiga, aspek engineering. “Setiap kelompok memilih dna menggunakan bahan yang sesuai. Merancang dna membangun berbagai model fasilitas terapung. Siswa harus memecahkan masalah yang diberikan!” tegasnya.
Terakhir, aspek matematika. “Setiap kelompok melakukan dan memvalidasi perhitungan seberapa besar volume fasilitas yang dapat mereka bangun dengan spesifikasi tertentu,” imbuhnya.
Selain itu, Anis mencontohkan Wind Farm Fun. “Ini tantangan rekayasa dunia nyata yang memandu siswa dalam membuat bilah kincir angin mereka sendiri. Dengan ini, siswa dapat menguji efisiensi setiap desain bilah saat mengangkat beban. Siswa akan menentukan blade yang optimal untuk menyeimbangkan biaya dan efisiensi, sambil menyelidiki luas permukaan, sumber energi terbarukan, dan proses desain berulang,” terangnya.
Conton lainnya, Sail Design. “Siswa akan membuat perahu layar yang efektif dan merancang layar yang menampilkan bentuk majemuk. Siswa akan mengasah keterampilan matematika mereka dengan menghitung luas layar, mendokumentasikan massa setiap perahu layar yang dirakit, dan mencatat waktu yang dibutuhkan perahu layar untuk menyelesaikan satu lintasan,” ungkap mahasiswa program doktoral itu.
Terakhir, Anis mencontohkan penggunaan dropsonde sederhana. Yaitu alat yang biasa digunakan dalam penelitian badai dan cuaca. “Siswa dapat menjelajahi desain parasut yang mengintegrasikan prinsip geometri dan fisika,” paparnya. (*)