PP Aisyiyah Mendorong Kadernya Menjadi Ulama; Liputan Ain Nurwindasari; Kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah Dr Apt Salmah Orbayinah M Kes Apt, mendorong kadernya untuk menjadi ulama. Hal ini disampaikan dalam sambutannya pada kegiatan Cadre Chapter 1: Pendidikan Kader Ulama Aisyiyah.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK) yang bekerja sama dengan Majelis Tabligh dan Ketarjihan PP Aisyiyah, secara daring melalui Zoom, Senin (30/1/2023).
Acara untuk untuk sosialisasi beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Pendidikan Kader Ulama Perempuan (PKUP) kepada seluruh peserta yang terdiri dari Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) dan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) se-Indonesia, serta alumni Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) putri. Hadir sebagai pemateri, Manajer PKUP, Rosita Tandos MA MCom Dev PhD.
Bayin, panggilan Salmah Orbayinah mengatakan kegiatan ini menjadi bagian dari menanggapi terkait 10 isu hasil Muktamar Ke-18 Aisyiyah di Surakarta 24-25 November 2022.
“Di antaranya adalah, pertama penguatan peran strategis umat Islam dalam mencerahkan bangsa,” terangnya.
Kedua menguatkan perdamaian dan persatuan bangsa. Ketiga, pemilihan umum yang berkeadaban menuju demokrasi yang substantif. Keempat, optimalisasi pemanfaatan digital untuk mengatasi kesenjangan dan dakwah berkemajuan. Kelima, menguatkan literasi nasional. Keenam, ketahanan keluarga.
“Nah ketahanan keluarga ini sangat penting kita perhatikan. Oleh karena itu Aisyiyah memiliki komitmen penguatan keluarga sakinah. Mengingat banyak kasus dalam keluarga, mulai dari kekerasan, LGBT, dan lain-lain,” ungkapnya.
Bayin menegaskan Aisyiyah mengambil peran garda terdepan dalam melakukan usaha-usaha preventif untuk menanggulangi masalah keluarga.
“Dan peran ulama Aisyiyah sangat besar di sini. Untuk menjaga ketahanan keluarga, dari segi ekonomi, spiritual juga tidak kalah penting,” ujarnya.
Isu Ketujuh dan Kesepuluh
Adapun isu ketujuh ialah penguatan kedaulatan pangan untuk pemerataan akses ekonomi. Kedelapan, penguatan mitigasi bencana dan dampak perubahan iklim. Kesembilan, akses perlindungan bagi pekerja informal. Kesepuluh, terkait penanggulangan stunting.
“Peran ulama tidak hanya dalam hal agama, tapi juga ekonomi, sosial, politik, kebangsaan,” terang Bayin. Demikian juga. Tambahnya, dalam terkait isu penguatan mitigasi bencana.
Bayin menegaskan bahwa para ulama sangat penting dalam menguatkan korban kebencanaan. “Dakwah Aisyiyah adalah dakwah yang mencerahkan dari bawah. Memberdayakan, memajukan,” terangnya.
Dia menekankan alasan kegiatan kaderisasi ulama perempuan sangat penting. Mengingat banyaknya sekolah kader Aisyiyah dan Muhammadiyah.
“Mu’allimat, Mu’allimin, PUTM putri, putra, pondok Ummul Mukminin, di Sulawesi selatan yang memiliki 1400 santri, dan pondok-pondok lain,” paparnya.
Ia melanjutkan, “Sesuai hal yang kita semua di lapangan, selama ini kita masih kesulitan ulama perempuan,” terangnya. Sehingga untuk mengoptimalkan para kader Aisyiyah maka penting pengkaderan ulama perempuan yang akan menebarkan perempuan berkemajuan dakwah amar makruf nahi munkar ke seluruh Indonesia.
“Sehingga program dari pemerintah (LPDP) menawarkan beasiswa ulama perempuan kepada Majelis Kader dan Ketarjihan, untuk meneruskan jenjang pendidikan yang lebih tinggi ini kita respon dengan sangat positif,” jelasnya.
Bayin menjelaskan hal itu karena sejak awal perjuangan Aisyiyah berbasis pendidikan, kemudian berkembang kesehatan, sosial. “Aisyiyah menjadi salah satu yang mewujudkan ulama perempuan. Dan dengan pengkaderan ulama perempuan kontribusi Aisyiyah untuk bangsa menjadi lebih nyata lagi, walaupun sebetulnya sudah sangat nyata,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post