Sukseskan UTBK-SNBT 2023, Guru Smamda Ditraining oleh Ruang Guru; Liputan Suwidiyanti
PWMU.CO – Sukseskan Ujian Tulis Berbasis Komputer dan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT), Guru Pembina Intensif Belajar (PIB) SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo ditraining oleh Ruang Guru. Sebanyak 13 guru pengampu mata pelajaran Matematika, Kimia, dan Fisika belajar bersama di Ruang Briefing, Rabu (15/3/2023).
Kepala Smamda Sidoarjo Mohammad Zainul Arifin SKom MM membuka kegiatan ini. Dalam sambutannya ia menjelaskan kegiatan ini untik meng-upgrade kemampuan guru-guru dalam mengantarkan anak-anak untuk sukses UTBK-SNBT tahun 2023.
“Kegiatan ini menjadi ikhtiar kita menjadi sekolah terbaik. Jangan melihat yang menyampaikan, ambillah yang disampaikan, tularkan ke anak-anak,” tuturnya. Zainul berharap semoga target yang diembankan oleh persyarikatan Muhammadiyah tercapai.
“Target Smamda sebagai sekolah pilot project dari Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menjadi 1000 besar peraih nilai tertinggi UTBK-SNBT se-Indonesia. Tahun lalu kita menduduki peringkat 985, maka tahun ini harus lebih baik. Semangat menularkan ilmunya ke anak-anak,” ungkapnya.
Kegiatan ini terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama diawali dengan pembahasan terbaru UTBK-SNBT, terkait transformasi UTBK-SNBT dan pembahasan soal penalaran.
Senior Curriculum Operations Officer dari Ruang Guru Wachid Kurniawan Ramadhani menjelaskan sesuai dengan Permen No. 48 Tahun 2022, terdapat perubahan mengenai jalur masuk perguruan tinggi negeri (PTN) tahun 2023.
“Tahun ini ada perubahan nama atau istilah tes, perubahan kriteria penerimaan jalur tes yakni tidak ada tes berdasarkan mata pelajaran (mapel) namun konteks mapel akan dimasukkan dalam penalaran Matematika,” ucapnya.
Ia menjelaskan, hanya ada tes skolastik dan literasi. Daya tampung jalur tes juga mengalami perubahan. PTN non badan hukum ditetapkan paling sedikit 40 persen, PTN berbadan hukum 30 persen.
Wachid menyampaikan siswa harus tahu subtes dan jumlah soal yang di teskan. “Perlu di ingat bahwa dalam 105 menit tes literasi dikerjakan tanpa ada istirahat, jadi anak-anak harus dilatih konsentrasi,” ungkapnya.
Bobot Nilai
Menurutnya sistem penskoran masih menggunakan sistem Item Response Theory (IRT).
“Ini adalah sistem penilaian yang berfokus pada bobot nilai pada masing-masing subtes. Pembobotan nilai UTBK ini dilakukan dengan mempertimbangkan level kesulitan pada tiap soal ujian,” tuturnya.
Jika suatu soal banyak dijawab benar oleh peserta UTBK, dia melanjutkan, soal tersebut akan dianggap mudah dan berpotensi memiliki bobot nilai yang kecil. “Sebaliknya, apabila ada soal yang banyak dikosongi atau dijawab salah oleh peserta, soal tersebut dianggap punya level kesulitan yang tinggi sehingga kemungkinan mendapat bobot nilai yang besar,” urainya.
Wachid kemudian melanjutkan penjelasannya dengan membahas soal penalaran Matematika yang konteksnya adalah mapel mata pelajaran selain Matematika. Ia memberikan tantangan kepada peserta untuk menjawab soal.
“Jawaban soal nomor satu adalah 60 m/s,” celetuk Ucik Fauziah ST MPd pengampu mapel Fisika.
Guru asli Waru Sidoarjo ini mengatakan, untuk menjawab soal nomor satu cukup dilihat data yang dibutuhkan. Jadi nanti misalnya anak-anak menemui soal seperti ini harus pandai membaca data.
“Ya, betul,” timpal Wachid. Kemudian ia mengajukan pertanyaan kembali, “Apakah soal ini memungkinkan siswa IPS bisa menjawab?”
Istiqomah MPd salah satu peserta mengacungkan tangan. Ia menguraikan, “Bisa saja siswa IPS menjawab soal ini walupun mereka tidak ada mapel fisika, soal ini bisa di nalar karena masih bersifat umum, dan rumusnya juga diketahui.”
Setelah pembahasan soal, sesi kedua kegiatan ini dipandu oleh Firdha Dwisahafarina Master Teachers Curriculum Metematika dari Ruang Guru. Ia lebih fokus dalam membahas soal penalaran khusus Matematika dan pengetahuan kuantitatif.
“Dalam mengerjakan soal pengetahuan kuantitatif harus tahu trik dari bentuk soal yag ada. Seperti trik pengerjaan untuk tipe soal pilihan 1234. Tidak harus di cari semua pernyataan,” ujarnya.
Lantas ia menjelaskan bahwa ada dua kemungkinan untuk menjawab model soal seperti ini. Pertama jawab pernyataan 4 dulu lanjut cek pernyataan 2. Atau bisa memulai cek pernyataan 1 maka bisa dilanjutkan untuk mengecek pernyataan 2.
Sedangkan untuk trik pengerjaan soal kecukupan data, langkah awal adalah periksa pernyataan 1 apakah cukup atau tidak cukup, dilanjutkan memeriksa pernyataan 2.
Istiqomah MPd mengaku senang karena bisa belajar bersama. “Kebetulan baru tahun ini saya diminta untuk mendampingi anak-anak sebagai guru PIB, sangat bermanfaat, dan menambah wawasan saya,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni