Puasa, dari Kebahagiaan Konkret Menuju Abstrak; Liputan Dadang Prabowo
PWMU.CO – Di antara tujuan puasa adalah meningkatkan kualitas kebahagiaan seseorang dari yang awalnya bersifat konkret menuju yang bersifat abstrak.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Syamsudin MAg, dalam acara Baitul Arqam Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) yang diadakan di Sekolah Pesantren Entrepreneur Al-Maun Muhammadiyah (SPEAM) pada Senin (17/4/23).
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya itu mengatakan contoh dari kebahagiaan konkret adalah kenikmatan yang dirasakan oleh seseorang ketika makan dan minum. Sedangkan kebahagiaan abstrak adalah merasakan kenikmatan ketika melihat orang lain bahagia karena uluran tangan kita.
Ia kemudian menukil sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abas, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling dermawan, apalagi di bulan Ramadhan ketika bertemu Jibril.
Kedermawanan Rasulullah saat itu seperti angin yang berhembus kencang. Saking kencangnya, semua yang dilewati akan merasakan kenyamanan dan kesejukan.
“Bukan hanya umat Islam yang merasakan kedermawanan Rasullah, tapi juga seluruh umat manusia saat itu yang berada di Madinah,” paparnya.
Itulah lanjutnya substansi dari Islam rahmatan lil alamin. Yaitu Islam yang memberikan spirit untuk saling berbagi kepada sesama.
Ketua Badan Pembina Pesantren (BPP) SPEAM itu berujar bahwa puasa itu mendidik seseorang untuk tidak terfokus pada kebahagiaan rendahan, yaitu kebahagiaan materi.
Berbahagia yang diinginkan dari puasa ini lanjutnya adalah dengan hal yang abstrak bukan yang konkret
“Saya bahagia kalau ada orang makan kemudian bisa makan, tidak dapat pekerjaan kemudian dapat pekerjaan karena bantuan saya,” ujarnya.
Kebahagiaan seperti itu imbuhnya adalah kebahagiaan pada level tinggi.
Syamsudin kemudian menukil perkataan sahabat Ali bin Abi Talib: “Perumpaan manusia dengan materi seperti ikan dengan air.”
“Dan sebaik-baik manusia adalah yang meminimalisasi ketergantungannya kepada materi,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni