Canggihnya Evoting Musyda Aisyiyah Sidoarjo gunakan RFID; Liputan Darul Setiawan langsung dari arena Musyda di Trawas.
PWMU.CO – Musyawarah Daerah (Musyda) ke-12 Aisyiyah Kabupaten Sidoarjo berlangsung di Hotel Grand Whiz, Trawas, Mojokerto, Sabtu-Ahad (6-7/5/23).
Memasuki hari kedua, Ahad (7/5/23), berlangsung proses pemilihan 9 nama calon anggota Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Sidoarjo via evoting. Tampak ada lima layar touchscreen yang menjadi bilik suara berada di sisi belakang Multifunction Hall, tempat digelarnya Musyda.
Menurut Ketua Tim IT Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Mochamad Alfan Rosid SKom MKom, evoting yang dipakai pada Musyda kali ini adalah pengembangan evoting dari Musyda PDM Sidoarjo.
Gunakan RFID
Perbedaannya, jika evoting Musyda Muhammadiyah sebelumnya menggunakan kartu ber-QR Code. “Jadi ketika mau login harus scan QR Code terlebih dahulu baru biliknya terbuka. Tapi yang sekarang, kartunya pakai RFID (Radio Frequency Identity) sudah tertanam chipn di dalam kartu,” ujarnya.
Jadi nanti anggota Musyda Aisyiyah menuju layar pertama untuk melihat bilik mana yang kosong. “Kalau ada yang kosong, pemilih menuju ke bilik yang kosong dan disamping layar ada alat pembaca RFID. Tinggal didekatkan kartunya ke alat pembaca,” jelasnya.
Kemudian kalau dia bukan menjadi anggota Musyda, dan hanya peserta atau peninjau yang tidak punya hak pilih, maka dia tidak bisa membuka bilik suara. “Jadi ketika ditempel suaranya akan terbuka kemudian di situ ada keterangan harus memilih 9 nama calon anggota. Kalau kurang atau lebih dari 9 itu tidak bisa. Dan kalau memilih 9 tapi ada yang keliru bisa diubah sampai benar-benar sesuai baru di situ ada tombol untuk melakukan voting. Kalau sudah selesai bisa keluar,” terangnya.
Jumlah pemilih ada 103 anggota yang punya hak pilih. Persiapan untuk menyiapkan tidak sampai sepekan. Karena kita sudah ada sistem yang lama tinggal menggantinya saja. “Kalau dulu hanya pembacaannya menggunakan QR Code, kini dengan RFID,” paparnya.
Proses Tidak Sampai Sejam
Untuk persiapan, menurutnya sudah ada, tinggal beli alat dan modulnya saja. Untuk kartu beli kosongan tinggal cetak sendiri. Tandanya kartu kalau ada RFID ketika didekatkan di alat pembaca maka dia menyala. “Setelah semuanya memilih maka nanti bisa langsung dilihat hasilnya. Mungkin proses tidak sampai satu jam,” tuturnya.
Kita memulainya sekitar tahun 2010-an. Awal dulu yang lain belum memakai. Gongnya di Musywil Muhammadiyah Jawa Timur di Sidoarjo saat Kiai Saad Ibrahim terpilih menjadi Ketua PWM. “Sampai evoting kita dibawa ke Jakarta, yakni saat pemilihan IMM di Asrama Haji Jakarta. Ini kita tinggal mengembangkan,” ungkapnya.
Untuk jumlah tim awalnya hanya satu, hanya dirinya saja. Kemudian kita ada di bagian IT-nya Umsida, ada programmer-programernya sendiri. “Sekarang programmer ada 2 ditambah beberapa lainnya. Total sekitar ada enam orang yang ada di tim IT,” jelasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.