Awas, Modus Penipuan Baru Berkedok Penagihan Pascabayar, penulis Sayyidah Nuriyah
PWMU.CO – Tak pernah mengaktifkan layanan (paylater) pascabayar tapi tiba-tiba dapat tagihannya? Hati-hati, bisa jadi Anda sedang menjadi sasaran penipuan.
Modus penipuan berkedok pesan tagihan yang mengatasnamakan GoPayLater ini sepekan yang lalu, Jumat (9/6/2023), menimpa salah satu kontributor PWMU.CO Dina Hanif M.
Dilansir dari gopay.co.id, GoPayLater ialah metode pembayaran paylater di mana pengguna bisa memesan berbagai layanan Gojek kapan pun dengan sekali pembayaran di akhir bulan.
Di akun Facebook miliknya, Dina membagikan pengalaman yang dia alami sejak sepekan sebelumnya hingga pagi itu. “Sejak menginstal Gojek, saya tidak pernah mengaktifkan GoPayLater. Nah, satu minggu ini tiba-tiba bertubi tubi ditagih nomor WA tak dikenal untuk pembayaran, katanya saya punya utang (emoticon senyum),” ujarnya.
Dari potongan tangkapan layar pesan WhatsApp yang Dina lampirkan, tepat pukul 10.00 WIB, pesan dari nomor tak dikenal +62 858 4343 * masuk ke ponselnya. Pesan pertama berbunyi: “Siang Dina Hanif M. Kita ingin konfirmasi tagihan di aplikasi GopayLater yang belum selesaikan juga.”
Dalam pesan itu, penipu juga megonfirmasi alamatnya. Kemudian sang penipu mendesak, “Silahkan bayarkan via aplikasi sekarang dan kirim bukti bayarnya.”
Mendapati pesan ini, Dina lantas menceritakan rangkaian pesan tagihan yang dia terima. “Mulai peringatan umum hingga ancaman visitasi ke rumah atau tempat kerja, bahkan hari ini diinfo kalau penagihan sudah dialihkan ke pihak ketiga, maksudnya debt collector mungkin ya,” ungkapnya.
Berikutnya, Dina menerima pesan Whatsapp dari nomor tak dikenal lainnya +62 857 3307 4* pada pukul 14.34 WIB. Bunyinya: “Siang Pak/Bu DINA HANIF M*. Kami masih tunggu itikad baik anda untuk melakukan pembayaran GoPayLater hari ini. Mohon untuk merespon pesan kami. Dikarenakan minggu ini ada jadwal visit jika tidak ada pembayaran.”
Bahkan, lanjut Ketua Pusat Bahasa Spemdalas ini, si penipu berani menelepon, tapi tidak dia angkat. “Mula-mula pesan itu saya tanggapi. Jangan menipu, Pak, tobat, ayo ke sini saya tunggu, mau ngopi? (emoticon senyum),” imbuhnya.
Selanjutnya, entah dari penipu yang sama atau komplotannya, pesan WhatsApp mendesak dari nomor tak dikenal +62 815 1175 5*** masuk ke ponselnya pukul 11.29 WIB. “Yth Bpk/Ibu Dina ****, data GoPayLater anda sudah dialihkan ke pihak ketiga. Agar terhindar dari kunjungan kolektor segera lakukan pembayaran atau hubungi WA: 0881024547172. PT Colmitra persada indonesia.”
Sang penipu juga mencatut nama PT Colmitra Persada Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan. Perusahaan agency ini memang bekerja sama dengan beberapa perusahaan fintech.
Akhirnya siang itu Dina menyadari, jangan-jangan ini rencana penipuan yang ada komplotannya, memancing respon dan emosi, mengirim pesan tagihan otomatis dan strategi lainnya yang tidak bisa dia prediksi. “Akhirnya saya nurut suami, begitu ada pesan baru yang isinya sama, langsung kublokir nomornya,” ujar ibu dua anak ini.
Dina lantas bertanya-tanya, “Kawan, di tengah tren baru penipuan by WA berkedok APK (paket, undangan nikah, tilang elektronik) yang sekarang berevolusi ke pura-pura PDF dan berbentuk Voice Note, apakah pesan tagihan ini juga modus terbaru?”
Cerita pengalamannya ini mendapat berbagai respon. Mulai dari saran untuk melaporkan ke polisi, bersikap cuek, sampai ajakan waspada. Menurut Dina, yang dia ungkap di kolom komentarnya, modus kejahatan kini semakin kreatif. Dia menduga, penipuan yang dia alami ini akibat dirinya terlalu sering berbelanja online sehingga data nama dan alamatnya disalahgunakan.
Ternyata ada pula Mohammad Ihsan, teman Facebooknya, yang kritis mempertanyakan respon santai Dina yang justru mengajak si penipu ngopi bareng. Jawaban Dina mengundang tawa: “Siapa tahu ajakan kebaikan menetralkan niat buruk.”
Ada-ada saja modus penipuan oleh warga +62 ini. Tetap waspada ya pembaca PWMU.CO di mana pun Anda berada!
Kepada PWMU.CO, Dina mengungkap dirinya lebih santai menyikapi ini karena bukan nasabah GoPayLater. “Bagi teman-teman lain yang kebetulan memang sedang punya tanggungan, sebaiknya juga tidak terpancing emosi, agar tidak memberikan celah bagi oknum untuk melanjutkan komunikasi ke kemungkinan jebakan berikutnya,” ujarnya, Jumat (16/6/2023).
Dina menambakan, kebocoran data di dunia digital bisa jadi penyebab pelaku kejahatan memanfaatkannya untuk menjerat mangsa. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post