TITIP Anak ke Pesantren, Orang Tua Harus Tega biar Anak Tangguh, Liputan Dyah Ratnawati
PWMU.CO – Konsep “TITIP” saat anak masuk pesantren disampaikan ustadz Drs Miftahul Jinan MPdI LCPC pada acara seminar parenting di Madrasah Tsanawiyah Yayasan Kebangkitan Ummat Islam (YKUI) Pondok Pesantren Maskumambang Dukun Gresik Kamis (15/6/2023).
“Konsep pertama dalam memasukkan anak ke pesantren adalah tega (T),” papar suami dari Miftahul Jannah ini. Masalah terbesar dalam hal ini adalah karena orang tua tidak tegaan.
“Tidak tega dengan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sendirinanaknya di pesantren. Tidak tega jarang bertemu dengan orang tuanya, tidak tega dengan kesederhanaan yang harus dijalani dan lain-lain,” ujarnya.
Padahal, sambungnya, dari rasa tega yang ada pada orang tua akan menciptakan anak-anak yang berpribadi tangguh.
“Sebaliknya jika dimanja dengan ketidak tegaan orang tuanya, maka anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak punya empati pada kesulitan orang tuanya” ungkap ayah dari lima orang putra ini.
Konsep kedua adalah ikhlas (I). “Orang tua harus ikhlas saat memasukkan anaknya di pesantren. Ikhlas jika ternyata akan mengalami banyak hambatan, ikhlas jika suatu saat anaknya mendapat sanksi. Karena di pesantren santri diajarkan berani menanggung konsekuensi dari semua perbuatannya sehingga kelak menjadi orang yang amanah dan bertanggung jawab” urainya
Konsep ketiga sambungnya, saat anak di pesantren adalah tawakal (T).
Menurut dosen program Ma’had Aly Al Akbar Education Centre ini, tawakal adalah hal yang paling berat setelah semuanya telah diupayakan.
“Harus kita sadari bahwa di antara anak-anak itu selalu ada yang mendapat masalah,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, orang tua harus selalu memohon kepada Allah SWT sebagai zat yang maha kuasa mengatur semuanya.
Konsep berikutnya adalah ikhtiar (I). Menurut pria kelahiran Ponorogo ini, kita memahami betul bahwa anak-anak kita yang sekolah dan masuk pesantren adalah wujud perjuangan mereka mencapai cita-cita .
Oleh karena itu, ungkapnya orang tua harus selalu memberi support mereka dengan berikhtiar memperbaiki hubungan dengan Allah SWT dalam shalatnya, sedekahnya, puasa puasa sunahnya, qiyamul lail, dan seterusnya
Konsep terakhir adalah percaya (P) saat anak masuk pesantren.
“Apapun yang diberikan pesantren adalah baik, tegas alumni Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor ini.
Dia menegaskan, jika orang tua ada prasangka maka harus tabayun dan pada saat anak kita curhat, kita dengarkan saja.
Selanjutnya dia mengungkapkan, agar anak untuk bersabar sambil menunggu orang tuanya tabayun dengan pesantren dengan cara yang bijak. Karena segala sesuatu jika dikomunikasikan dengan baik akan menjadi baik.
Menutup uraiannya , penulis buku Alhamdulillah Anakku Nakal ini menegaskan orang tua harus selalu memberi contoh yang baik kepada anaknya, harus berempati dengan anak yang din pesantren, mencukupi kebutuhan anak dari rezeki yang halal, membangun komunikasi yang baik dengan anak dan harus selalu mendoakan kebaikan anaknya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni