PWMU.CO – Tiga pilihan lulus sekolah dijelaskan Sekretaris Umum (Sekum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd saat Haflah Akhirussanah Pondok Pesantren Yayasan Taman Pendidikan (YTP) Kertosono Nganjuk Jatim, Senin (12/6/23).
“Alhamdulillah saya mengikuti berita perkembangan berapa banyak alumni YTP ini menjadi tokoh masyarakat dan agama, menjadikan kader pemimpin organisasi islam dan tampil memimpin bangsa dan negara,” kata guru besar UIN Jakarta ini.
Lalu ia mengucapkan selamat kepada adik-adik yang diwisuda pada siang ini. “Saya melihat wajah anda ceria karena moment yang ditunggu-tunggu sudah tiba, tapi nanti berjalannya waktu beberapa tahun kedepan anda akan merindukan suasana pondok,” ujarnya.
Ia menjelaskan pelajar yang lulus sekolah akan mengalami tiga pilihan yang disingkat BMW.
Huruf B pertama, sambungnya, yaitu pilihan bekerja. “Setelah lulus sekolah langsung bekerja,” tandasnya.
Kedua, huruf M artinya melanjutkan kuliah, baik kuliah dalam atau luar negeri. Keluar Indonesia atau di luar perguruan negeri yaitu swasta. “Semua sama saja dan lihatlah akreditasinya, karena ada perguruan yang ditutup tapi ada ijazah. Dengan sebutan STIE: Sekolah Tidak Ijazah Entuk,” ujarnya disertai tertawa hadirin.
Abdul Mu’ti menjelaskan huruf W selanjutnya berarti wirausaha, jika jiwa usaha sudah ada sejak di bangku sekolah, lulus sekolah langsung punya usaha mandiri. “Kalau saya doktor dulu, entrepreneurnya gak tahu kapan,” katanya sambil tersenyum.
Syarat Sukses
Ia berpesan di manapun berada harus menjaga almamater Ma’had Arraudhatul Ilmiyah (Pondok Pesantren YTP).
Dalam konteks masa depan, lanjutnya, apapun capaian nilai yang didapat itu adalah modal sukses. Kaitkan mimpi dan keadaan dengan kesuksesan di masa depan.
“Ada anak yang mendapat nilai pas-pasan, ada yang mumtaz atau cumlaude, semuanya tidak boleh pasrah, tapi tetap berusaha,” ujarnya.
Menurutnya, orang yang pasrah pada dirinya atau menghukumi dirinya atas pencapaian yang diraih, orang tersebut tidak akan sukses.
“Bangunlah pola pikir menjadi lebih baik dengan keadaan yang kita miliki walaupun memulainya dalam tingkat dasar,” tegasnya.
Ia menyitir Quran surat ar Ra’du ayat 11. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu mau mengubah keadaan diri mereka sendiri“
“Artinya tidak putus asa untuk masa depan yang cemerlang,” katanya.
Ia menceritakan ada seorang tokoh yang biasa-biasa saja, Renald Khasali namanya yang menghasilkan kader hebat. Ia di masa kuliah IPK tidak lebih 3, tapi mempunyai leadership dan akhirnya bisa kuliah di Amerika serta menulis buku yang dapat memengaruhi banyak orang.
Ia mengatakan tidak semua hal diajarkan di sekolah atau dengan menuntut ilmu, tapi kita pelajari ilmu tentang bagaimana dan mengapa di manapun berada, di balik yang tampak dan zahir.
“Orang sukses bukan dengan IP tinggi tapi orang sukses adalah orang yang kreatif,” tuturnya.
Yang kita pelajari pertama, sambungnya, adalah menjadi orang kreatif, karena kreativitas muncul pada mindset.
“Leadership adalah kemampuan kolaborasi dan negosiasi yang tidak bisa dipelajari seperti ilmu hitung tapi kemampuan kepemimpinan,” ujarnya.
Terinspirasi film Buya Hamka, dia mengatakan, “Maaf Buya tidak tamat SD tapi bisa menjadi seorang doktor dan profesor, dari mana ilmunya? Ia berasal dari belajar sepanjang hayat,” tandasnya.
Maka ia berpesan jadilah pembelajar sepanjang hayat, jangan putus asa karena belajar di luar bangku kuliah sungguh banyak. “Buya Hamka tidak sekolah tetapi menekuni berbagai bidang ilmu, akhirnya ia bisa menjadi pahlawan nasional dan menginspirasi lintas organisasi,” tuturnya.
Bekal Iman dan Ilmu
Ia menyitir Quran surat asy-Syarh ayat 6: sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan
Ia menerangkan, kesulitan dalam bentuk marifat dan kemudahan dalam bentuk nakirah. “Jadi kemudahan itu adalah terbuka, maka dengan Itu semuanya harus optimis, karena Allah akan menolong hambanya yang berusaha,” jelasnya.
Ia menyebutkan ada data penelitian banyaknya anak-anak milineal yang putus asa dan bunuh diri karena imannya lemah. Menganggap masalah adalah akhir semuanya.
“Makanya di luar negeri ada kampanye bunuh diri yang diperjuangkan haknya. Menurut mereka hak asasi manusia bukan hanya memperjuangkan hak hidup tapi juga hak mati. Padahal Allah melarangnya,” ujarnya.
Selain bekal iman, sambungnya, harus punya bekal ilmu. Allah menjelaskan dalam Quran surat al- Mujadalah ayat 11 yang arti potongan ayatnya: niscaya Allah akan benar-benar mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan
“Kalau kita bicara keilmuan. Islam adalah agama yang menekankan ilmu, terbukti dari wahyu yang diterima Rasul adalah ilmu. Itulah bukti Islam meletakkan dasar peradaban dengan konstruksi iman dan ilmu,” katanya.
Ia mengaitkan ilmu dengan kesalehan. Betapa langkahnya orang berilmu pada tingkat alim yang mulia di hadapan manusia dan Allah.
“Ciri orang berilmu di antaranya kuat, misi jauh ke masa depan, dan mengutamakan kearifan dengan ilmunya,” terangnya.
Ia lantas menyampaikan ilmu dalam dunia kerja sangatlah dibutuhkan, karena dengan berilmu seseorang dapat menghormati nilai tradisi yang baik dalam masyarakat. Dan dengan keluhuran budi pekerti adalah modal sukses seseorang.
“Jaringan atau network. Sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Bukan hanya superman tapi juga supertim, artinya orang yang biasa-biasa saja tapi bisa bekerjasama itulah orang yang punya banyak jaringan dan mau belajar bersama,” ujar Mu’ti.
Sebaliknya, ia mengatakan, orang yang egois atau mementingkan diri sendiri akan sulit menjalin kolaborasi dan jaringan.
Banyak sahabat dan kawan, lanjut Mu’ti, adalah kunci sukses, bisa menjadi leadership dan followership. Kadang bisa jadi pemimpin dan kadang pula jadi makmum.
Ia menegaskan dunia kerja dicari bukan hanya ijazah tapi keterampilan juga harus dimiliki, linier antara bidang dan bekerjanya satu tujuan.
“Kalau anda semangat dan mempunyai cita-cita luhur. Maka Insyaallah Allah akan menjamin rezeki anda,” lanjutnya.
Penulis Kusmiani Editor Sugeng Purwanto