Dapat Penghargaan, Ini Jurus Siswa Smamita Raih Nilai Matematika Tinggi; Liputan Kontributor PWMU.CO Wahyu Murti.
PWMU.CO – SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita) menggelar wisuda ke- 53 di Ballroom Papilio Hotel Surabaya, Sabtu (10/6/23). Sebanyak 221 siswa telah berhasil diwisuda, sekaligus di dalamnya juga mewisuda 28 siswa tahfidh.
Kepala Smamita Edwin Yogi Laayrananta MIKom mengatakan, pihaknya tidak hanya mengajarkan materi pelajaran saja, melainkan juga memasukan nilai-nilai seperti adab dan etika. Selain itu, dia berpesan agar para siswa yang telah lulus bisa menjaga nama baik sekolah, menjaga almater sekolah. “Semoga ilmu yang telah didapatkan bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” pesannya.
Tujuan pelaksanaan wisuda ini, lanjut dia, sebagai bentuk apresiasi sekolah terhadap anak didiknya yang telah bersekolah selama tiga tahun, agar dapat dijadikan kenangan bagi mereka di masa yang akan datang. “Harapannya, semoga siswa SMA Muhammadiyah 1 Taman dapat selalu memberikan pendidik, hal ini berguna dalam pencapaian kualitas suatu sekolah itu sendiri,” ujar Yogi.
Pihaknya juga mendoakan, agar para siswa siswi yang baru diwisuda ini ilmu bisa bermanfaat dan barakah, serta tidak hanya berhenti di sini. Agar dilanjutkan supaya berprestasi dan masa depannya lebih cerah lagi.
Jurus Siswa Smamita Raih Nilai Matematika Tinggi
Ketua Panitia Wisuda Ahmad Syihabudin juga menjelaskan dalam wisuda ini sekaligus dilakukan pemberian penghargaan kepada para 10 siswa berprestasi dalam bidang akademik dan terbaik teladan.
“Pada bidang akademik diberikan kepada siswa dengan nilai terbaik, sementara penghargaan terbaik teladan diberikan kepada siswa yang aktif dalam kehadiran dan keaktifan pembelajaran, ” ujarnya.
Salah satunya penerima penghargaan Meidyana Iskandar mengungkapkan bahwa ia berprestasi di bidang matematika. Siswi berprestasi yang bercita cita ingin menjadi menteri ini mengaku mendapatkan nilai tertinggi untuk mata pelajaran matematika.
“Prestasi nilai tertinggi saya ke matematika, matematika seru dan punya jawaban yang pasti dan finish-nya sudah tahu. Biasanya saya kalau belajar itu jangan dibuat susah, tidak perlu jadi beban. Kalau menganggur buka buku dan ada materi yang dipelajari jadi tidak perlu ngebut apalagi mepet ulangan justru tidak efektif, ” ungkap Meidyana Iskandar. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.