Merdeka Berarti Rakyat Bebas dari Tiga Hal Ini 

Kepala SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang Surabaya Edy Susanto MPd sebagai pembina upacara (Mulyanto/PWMU.CO)

PWMU.CO – Merdeka berarti rakyat bebas dari tiga hal disampaikan Kepala SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang Surabaya, Edy Susanto MPd yang menjadi pembina upacara memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia , Kamis (17/8/2023) di halaman sekolah. Upacara diikuti 250 siswa kelas enam serta guru dan karyawan Mudipat.

“Ada satu renungan dalam mengisi kemerdekaan. Jika kita gagal dalam merenungkan makna kemerdekaan, berarti kita gagal dalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini,” kata Edy.

“Kita sebagai generasi penerus bangsa harus mampu mengambil makna dari kemerdekaan Republik Indonesia. Bahwa merdeka itu karunia dari Allah, kenikmatan luar biasa. Kita wajib mensyukuri dan mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya,” imbuhnya.

Kepala sekolah asli Nganjuk itu mengatakan, ada tiga hal yang harus dibebaskan atau dimerdekakan dalam diri rakyat Indonesia. Khususnya siswa-siswi Mudipat sebagai pelajar.

“Kemerdekaan kita sebagai pelajar adalah kita harus terbebas dari kemalasan. Lawan dari kemalasan adalah rajin. Kita harus rajin belajar, rajin shalat, rajin membantu orangtua dan orang lain, rajin menabung,” terang ayah dua anak itu.

Baca sambungan di halaman 2: Bebas dari Kebodohan

Bebas dari Kebodohan

Kedua bebas dari kebodohan. Sebagai pelajar harus belajar sepenuh hati. Dengan sungguh-sungguh. Bermain boleh, tapi belajar adalah utama. “Kalau banyak bermain tidak baik, momen kalian saat ini sangat bagus. Mumpung masih muda banyak belajar karena ketahanan dan daya serap otak kalian bagus. Kalau sudah tua sering lupa,” saran suami Siti Rahmah SPd ini.

Ketiga adalah kita harus merdeka dari kemiskinan. Miskin lawannya adalah kaya atau sukses. Orang sukses akan berarti hidupnya. “Kalian kalau mau merdeka harus bekerja keras harus jadi orang sukses dan hidup berguna bagi kemaslahatan,” katanya. 

Dia menambahkan bodoh dan miskin itu akar masalahnya adalah kemalasan. Maka harus rajin, lawan malas dengan rajin. “Kita wajib rajin. Nggak peduli anaknya orang kaya atau miskin, kalau malas nggak akan sukses. Kuncinya man jadda wa jaddah, yang bersungguh-sungguh pasti berhasil,” pesan Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.

Salah satu peserta upacara, Kaysha Aretha R. A. (6C) mengatakan, upacara kemerdekaan kali ini di Mudipat sangat seru. Pasalnya semua peserta upacara mengenakan pakaian pejuang dan profesi. Menurutnya hal itu asyik.

“Kita bisa menjadi karakter yang hebat. Ada dokter, ada tentara, penemu, dan keren pokoknya,” ucap Kaysha yang mengenakan baju dokter itu. (*)

Penulis Mulyanto Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version