Menembus Media
Tayangan pertama di layar tertulis jelas, Menulis Opini Menembus Media. Mohammad Nurfatoni lalu menjelaskan jenis-jenis tulisan.
“Jenis tulisan di sini dikelompokkan menjadi dua yaitu fiksi dan nonfiksi,” tuturnya.
Beberapa saat kemudian ia menyebutkan jenis tulisan fiksi yang terdiri dari cerpen, prosa, puisi, dan novel. Sedangkan yang termasuk nonfiksi adalah berita, opini, dan karya ilmiah.
Dia mengajak peserta membedakan berita dengan opini dengan cara diskusi. Lalu ia membuat rumusan. Berita itu fakta objektif sedangakan opini fakta subjektif. Berita memaparkan, opini menganalisis. Berita empiris, opini verifikasi ilmiah.
Menurutnya, yang dimaksud dengan opini adalah tulisan yang berisi pendapat, komentar subjektif si penulis tentang suatu isu atau topik yang penting dan menarik untuk dibahas dengan menggunakan gaya penulisan ilmiah populer.
Sedangkan opini yang baik, lanjutnya, pertama harus aktual. Sebab media adalah cermin peristiwa dan gejolak yang sedang terjadi. “Dan opini, seperti berita, mengabarkan peristiwa terbaru untuk memenuhi rasa ingin tahu masyarakat,” katanya.
Syarat kedua, penulisan opini itu harus tajam dan mendalam. Cirinya ditulis oleh yang punya kompetensi di bidangnya.
“Yang dimaksud tajam dan mendalam itu adalah ditulis dengan pengetahuan yang banyak, ada referensi serta bangunan argumentasi ilmiah,” imbuh pria asal Lamongan itu.
Ia menambahkan, penulisan opini bisa juga diangkat untuk menjelaskan duduk perkara suatu persoalan. Yakni melihat persoalan secara jernih dan analitik.
Menurutnya opini yang baik bisa membantu pembaca memahami persoalan dan memilih yang terbaik serta menjadi referensi di tengah banjir informasi.
Tidak hanya itu, berdasarkan pengalamannya, opini yang baik itu mampu membuka wawasan, menarik dan enak dibaca.
Fatoni, sapaan akrabnya, lalu menerangkan bagaimana struktur opini. Yaitu, judul, lead, jembatan, isi, dan penutup. Sebelum praktik bagaimana bikin judul dan lead yang bagus, dia menunjukkan contoh-contoh opininya yang pernah dimuat di Jawa Pos, Surya, Surabaya Post, dan Duta Masyarakat sejak tahun 1993.
Peserta kemudian dia ajak praktik membuat judul dan lead dari peristiwa atau berita aktual yang menjadi perhatian media dan masyarakat. Di sinilah Fatoni ingin membuktikan bahwa kegiatan ini benar-benar pelatihan, bukan khotbah. (*)
Penulis Naimul Hajar Editor Mohammad Nurfatoni