PWMU.CO – Perkuat P3, Guru SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Surakarta menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada mata pelajaran Matematika, Jumat (8/9/2023).
Guru kelas V SDM PK Kottabarat Andi Arfianto memilih menerapkan model PjBL pada mata pelajaran matematika sebagai alternatif untuk meningkatkan aspek gotong-royong, kreatif, dan bernalar kritis dalam penguatan Profil Pelajar Pancasila (P3).
Dia menuturkan, model pembelajaran berbasis proyek karena bisa membuat karakter murid berkembang sesuai dengan P3.
“Model PjBL dapat meningkatkan aspek gotong-royong, kreatif dan bernalar kritis. Di mana siswa secara berkelompok dapat bebas dalam merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek, dan menghasilkan produk kerja yang bisa dipresentasikan di depan kelas,” katanya.
Dia menyampaikan, model PjBL adalah pembelajaran yang memberikan penekanan pada siswa untuk menyelesaikan masalah yang luas dan menggunakan pengetahuan mereka untuk membuat produk yang nyata secara berkelompok.
Model PjBL
Andi mengungkapkan enam langkah pembelajaran pada model PjBL. Langkah pertama, penentuan pertanyaan mendasar. Dalam kegiatan ini guru mengajukan pertanyaan pemantik.
“Sudahkah kalian memahami materi operasi bilangan pecahan?” Dalam praktik di lingkungan sekitar, pernahkah kalian melihat gambar atau video terkait materi operasi bilangan pecahan secara langsung ataupun di media?” katanya.
Untuk meningkatakan kreativitas dan bernalar kritis siswa, guru memantik siswa untuk bisa menyajikan materi operasi bilangan pecahan dalam sebuah media atau alat yang bisa dibuat secara berkelompok dan memanfaatkan barang bekas.
“Dalam kegiatan tersebut, guru juga membawa salah satu contoh media dari kalender meja yang bisa dijadikan alat untuk menyajikan materi,” jelasnya.
Langkah kedua, mendesain perencanaan proyek. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok berjumlah empat anak yang heterogen. Siswa mempersiapkan diri meliputi persiapan alat, bahan, media, sumber yang dibutuhkan.
Ketiga, menyusun jadwal pelaksanaan proyek. Guru dan siswa membuat kesepakatan tentang jadwal pembuatan produk dan menyusun jadwal penyelesaian proyek dengan waktu yang telah ditentukan bersama selama 10 menit. Proyek direncanakan selesai dalam 5 pertemuan pembelajaran.
Keempat, memonitor keaktifan dan perkembangan proyek. Siswa melakukan pembuatan proyek tentang resume materi operasi bilangan pecahan dengan memanfaatkan kalender meja yang sudah tidak terpakai.
“Bahan dan alat dapat disiapkan murid dari rumah dalam setiap kelompok. Guru selanjutnya memantau keaktifan murid selama melaksanakan proyek dan membimbing jika mengalami kesulitan,” katanya.
Kelima, menguji hasil. Pada langkah ini, guru bersama siswa membahas kelayakan proyek yang telah dibuat, membuat langkah-langkah pada kegiatan presentasi, dan membagi tugas melakukan presentasi.
Langkah keenam, evaluasi pengalaman belajar. Setiap kelompok mempresentasikan secara bergantian dan menjelaskan hasil produk yang dibuat. Guru menanggapi hasil dan memberi apresiasi.
Siswa Kelas V Jecinda Aqilla Putri Sihono, kegiatan pembelajaran matematika sangat seru dan menyenangkan. “Pembelajaran menjadi menyenangkan, karena langsung membuat proyek dan seru karena kelompok saya dalam membuat project paling kompak,” ucapnya.
Dia menceritakan, kelompoknya punya ide untuk mengerjakan project setelah pulang sekolah di hari Sabtu, selain juga mengerjakan di kelas saat jam pembelajaran matematika.
“Aku menjadi juru bicara dalam presentasi di depan kelas,” ungkapnya. (*)
Penulis Nikmah Hidayati. Editor Ichwan Arif.
Discussion about this post