PWMU.CO – Belajar pecahan itu mudah dilakukan siswa kelas III E SD Muhammadiyah 4 (SD Mudipat) Pucang Surabaya, Jumat (8/9/2023).
Dalam proses belajar, siswa belajar matematika topik pecahan biasa, yakni bentuk pecahan yang nilai penyebut lebih besar dari pembilang atau A/B. A yang posisi di atas adalah pembilang dan B yang di bawah adalah penyebut.
Guru SD Mudipat Mulyanto SPd menjelaskan pembelajaran ini ada di tema 2 subtema 4 pembelajaran pertama. Pembelajaran ini diikuti 23 siswa.
“Proses pembelajaran pecahan adalah tidak umum. Mereka belajarnya menggunakan media roti tawar. Siswa membawa minimal 2 lapis roti tawar, meses cokelat atau campuran, dan sendok untuk alat pemotong,” katanya.
Langkah yang dilakukan, jelasnya, pertama-tama menjelaskan materi sekitar 2 menit. Selanjutnya guru memberi 3 contoh bentuk gambar dan nilai pecahan secara tertulis juga gambar di layar proyektor. Terakhir siswa diberi 2 soal pecahan.
“Yakni siswa diminta guru untuk membagi atau motong roti menjadi dua bagian sama besar dengan sendok. Satu bagian diberi meses. Bagian lainnya dibiarkan. Kemudian guru menjelaskan itulah bentuk dari pecahan satu perdua atau ½,” katanya.
Soal kedua adalah dua perempat atau 2/4. Yakni siswa membagi roti menjadi empat bagian sama besar lalu dua bagian dari roti diberi meses. Maka itulah nilai pecahan 2/4. Kini di hadapan siswa ada dua kudapan.
“Selesai belajar, guru meminta siswa untuk membaca doa sebelum makan. Selesai berdoa guru menyuruh siswa memakan roti matematika di hadapannya,” ujarnya.
Praktik Langsung
Mulyanto meyampaikan, semua siswa mengikuti instruksi dengan baik. Mereka senang belajar sambil praktik langsung.
“Mereka mengalaminya langsung. Menyentuh dan merasakan sendiri membuat mereka paham bentuk nyata dari yang dipelajari. Bagi siswa belajar kontekstual sangat dibutuhkan karena pengalaman langsung memberikan kesan mendalam dan membekas di hati siswa daripada hanya dijelaskan di papan tulis,” tuturnya.
Memang, lanjutnya, seharusnya belajar apapun harus menyenangkan. Apalagi belajar matematika harus lebih menyenangkan lagi.
Salah satu siswa Maherza Recielo Putranala semisal. Dia mengaku makin paham pelajaran matematika khusus materi pecahan setelah praktik menggunakan roti tawar. Siswa berkaca mata ini pun merasa senang untuk pelajaran kali ini.
“Gampang banget pecahan pakai contoh roti. Tapi aku nggak bisa motongnya. Motongnya mencong gak lurus,” ucap siswa yang dipanggil Cielo tersenyum.
Sama dengan Cielo, Aisyah Akhmad Al-Habsyi merasa pelajaran pecahan menggunakan media roti amat menyenangkan.
“Tadi seru belajar sambil makan. Aku jadi paham pecahan. Menyenangkan belajarnya karena habis belajar langsung makan,” ucapnya. (*)
Editor Ichwan Arif.