Agar Tak Hancur seperti Negeri Saba, Hindari Dua Hal Ini 

Dr Fajri Abati Zavy MT MSc (Dahlansae/PWMU.CO)

PWMU.CO – Kehancuran Negeri Saba dikisahkan Dr Fajri Abati Zavy MT MSc MA pada Grand Opening Ma’had Islamic Learning Centre of Muhammadiyah’s Sanad Islamic Imam Balqi, Ahad (24/9/2023).

Ma’had ini berlokasi di Jalan Lantamal 2, Kampung Inggris Pare, Kediri. Anggota DPRD Kabupaten Kediri M Yusuf Azis menginisiasi berdirinya hingga Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) setempat sepakat merealisasikannya.

Doktor lulusan Al-Azhar University Kairo Mesir ini merasa prihatin terhadap perkembangan Kampung Inggris. Meski banyak menebar ilmu pengetahuan, terutama kemahiran berbahasa, namun tak sedikit catatan gelap mengiringinya. 

Oleh karena itu, Mudir Muhammadiyah’s Sanad Islamic Imam Balqi ini khawatir, kisah kehancuran Negeri Saba akan menimpa Kampung Inggris jika masyarakat cuek terhadap fenomena ini. “Jika PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah) Pare tidak berbuat apa-apa, tidak melakukan amar makruf nahi mungkar,” ujarnya. 

Alumnus Adelaide Australia University ini lantas mengisahkan penyebab hancurnya Negeri Saba. “Sebelum Ratu Bilqis masuk Islam, kaum Saba menyembah matahari dan bintang-bintang. Setelah ratu cantik ini memeluk Islam, maka kaumnya pun berbondong-bondong memeluk agama Islam yang didakwahkan oleh Nabi Sulaiman AS,” ungkap Ustadz Fajri, sapaannya.

Sampai kurun waktu tertentu, sambung dia, kaum Saba tetap mentauhidkan Allah SWT. Sepeninggalan Ratu Bilqis, mereka kembali ke agama nenek moyang, yakni menyembah matahari dan bintang-bintang. 

Padahal, menukil tafsir Ibnu Katsir 6:057, Allah telah mengutus 13 Rasul kepada mereka. “Mereka tetap tidak mau kembali ke agama monoteisme, mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Maka Allah pun mencabut kenikmatan yang telah dianugerahkan kepada mereka, mengazab mereka berupa banjir bandang,” imbuhnya. 

Seperti pada surat Saba ayat 16-17, Allah berfirman, “Tetapi mereka berpaling. Maka kami kirim kepada mereka banjir bandang dan kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pepohonan) yang berbuah pahit, pohon asl dan sedikit pohon sidr. Demikianlah kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan kami tidak menjatuhkan azab yang demikian itu melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” 

Baca sambungan di halaman 2: Apakah Saba Itu? 

Dr Fajri Abati Zavy MT MSc. Agar Tak Hancur seperti Negeri Saba, Hindari Dua Hal Ini  (Dahlansae/PWMU.CO)

Apakah Saba Itu? 

Ustadz Fajri lanjut menerangkan, Saba, kerajaan di abad klasik yang berdiri sejak 1300 SM itu terletak di wilayah Yaman. Kemasyhuran Negeri Saba benar-benar fenomenal dan menakjubkan bagi siapa saja yang mengetahui kisahnya. 

Dalam hadits Farwah Bin Musaik (HR Abu Daud nomor 3988 dan Tirmizi nomor 3222), Rasulullah SAW pernah ditanya seorang laki-laki: “Ya Rasulullah, kabarkanlah kepadaku tentang saba. Apakah Saba itu? Apakah ia nama sebuah tempat ataukah nama dari seorang wanita?” 

Rasulullah menjawab: “Dia bukanlah nama suatu tempat dan bukan pula nama seorang wanita, tetapi dia adalah seorang laki-laki yang memiliki 10 orang anak dari bangsa Arab. 6 orang dari anak-anaknya menempati wilayah Yaman dan 4 orang menempati wilayah Syam.” 

Dalam hadits lain, diriwayatkan Ibnu Abbas (HR Ahmad no 2898), ada tambahan nama-nama dari anak-anak Saba. “Adapun yang menempati wilayah Yaman, mereka adalah Madzhij, Kindah, al-Azd, al -asy’ariyun, Anmar dan Himyar. Sedangkan yang menempati wilayah Syam adalah Lakhm, Judzam, Amilah, dan Ghassan.” 

Para sejarawan juga mencatat, nama asli Saba ialah Abdu Asy Syams. Alhasil, nama-nama kabilah Arab terambil dari nama anak-anak Saba. 

Penguasa negeri Saba dikenal dari dinasti Mu’iinah, sedangkan raja-raja mereka dijuluki sebagai Ma’rib Saba. Ibukotanya di Sharwah.  

Puing-puing peninggalan kejayaan Negeri Saba terletak 50 kilometer arah Barat Laut dari Kota Ma’rib. Pada periode 1300-620 SM inilah bendungan Ma’rib dibangun. Pada periode 620-115 SM, barulah mereka dikenal dengan nama Saba dan menjadikan Ma’rib sebagai ibukotanya. 

Secara garis besar, letak geografis wilayah jazirah Arab dibagi menjadi dua, utara dan selatan. Arab bagian selatan lebih maju. “Masyarakat Arab bagian selatan adalah masyarakat yang dinamis dan memiliki peradaban, mereka telah mengenal kontak dengan dunia internasional, karena pelabuhan mereka terbuka bagi pedagang-pedagang asing yang hendak berniaga ke sana,” ungkapnya. 

Sementara orang-orang Arab utara adalah mereka yang terbiasa dengan kerasnya kehidupan padang pasir. Mereka kaku dan lugu karena kurangnya kontak dengan dunia luar. Tentu saja letak  geografis kerajaan Negeri Saba sangat mempengaruhi kemajuan peradaban mereka. 

Baca sambungan di halaman 3: Kemakmuran Negeri Saba 

Dr Fajri Abati Zavy MT MSc (Dahlansae/PWMU.CO)

Kemakmuran Negeri Saba 

Ustadz Fajri menerangkan, Negeri Saba terkenal dengan hasil alam yang melimpah. Orang-orang banyak berhijrah dan bermitra dengan mereka. Perekonomian mereka begitu menggeliat hidup dan sangat dinamis. Allah SWT memnggabarkan tentang kemakmuran negeri Saba pada surat Saba ayat 15. 

“Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda-tanda kekuasaan Allah di tempat kediaman mereka yaitu, dua buah kebun di sebelah kanan dan sebelah kiri.” 

Kedua kebun tersebut, kata Ustadz Fajri, sangat luas dan diapit dua gunung di wilayah Ma’rib. Tanahnya sangat subur, menghasilkan berbagai macam pangan, buah, maupun sayuran. 

Bahkan Hadits riwayat Qotadah dan Abdurrahman Bin Zaid ra mengisahkan, “Apabila ada seorang yang masuk dalam kebun dengan membawa keranjang di atas kepalanya, ketika keluar dari kebun itu keranjang tersebut akan penuh dengan buah-buahan, tanpa harus memetik buah tersebut.” 

Abdurrahman bin Zaid menambahkan, di sana tidak ditemukan nyamuk, lalat, serangga, kalajengking, dan ular. (Tafsir Ath- Thabari, 20:376-377). Menurut al-Qusyairi, penyebutan dua kebun tersebut tidak berarti di Saba kala itu hanya terdapat dua kebun itu saja (Fathul Qodir 4: 422). 

“Maksud dari dua kebun itu adalah kebun-kebun yang berada di sebelah kanan dan di kiri lembah atau di antara gunung tersebut. Kebun-kebun di Ma’rib saat itu sangat banyak, luas dan memiliki tanaman yang bervariasi,” ungkapnya. 

Yang membuat tanah Ma’rib subur ialah bendungan Arim. Panjangnya 620 meter, lebarnya 60 meter, dan tingginya 16 meter Air bendungan ini teralirkan ke sawah dan ladang-ladang penduduk dan menjadi sumber mata air di seluruh wilayah Negeri Saba. 

Literatur sejarah menyebutkan, kata Ustadz Fajri, yang membangun bendungan Ma’rib ialah Raja Saba bin Yasyjub. Sedangkan buku-buku tafsir mencantumkan nama Ratu Bilqis sebagai pemrakarsa dibangunnya bendungan ini. Ratu Bilqis berinisiatif mendirikan lantaran terjadi perubahan sumber air di antara rakyatnya yang mengakibatkan mereka saling bertikai, bahkan saling membunuh. 

Dengan dibangunnya bendungan Arim, orang-orang Saba tidak khawatir kehabisan air dan memperebutkan sumber air. Karena bendungan itu sudah menjamin kebutuhan air, mengairi sawah ladang serta perkebunan dan memberi minum ternak mereka. 

Baca sambungan di halaman 4: Penyebab Kehancuran Negeri Saba 

Dr Fajri Abati Zavy MT MSc sola Kehancuran Negeri Saba(Dahlansae/PWMU.CO)

Penyebab Kehancuran Negeri Saba 

Kata Ustadz Fajri, ini diawali terjadinya pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. “Kemudian kehancuran Bendungan Magrib yang tentu saja adalah takdir Allah, di samping akibat kaum Saba yang kufur akan nikmat Allah,” ungkapnya. 

Namun Allah menciptakan suatu perkara yang bisa diterima logika manusia agar manusia lebih mudah untuk merenungi dan mengambil pelajaran. Di buku-buku tafsir disebutkan, seekor tikus yang lebih besar dari kucing sebagai penyebab runtuhnya Bendungan Magrib. 

“Subhanallah betapa mudahnya Allah menghancurkan bendungan tersebut, meskipun oleh seekor makhluk kecil yang dianggap remeh dari jenis tikus,” imbuhnya. 

Sebab lain yang disebutkan sejarawan, terjadinya perang saudara di kalangan rakyat Saba. Sementara bendungan mereka butuh pemugaran karena dirusak musuh (at-Tahrir wa at-Tanwir 22-169). Perang saudara tersebut mengalihkan mereka dari memperbaiki bendungan. 

Bendungan hancur sekitar tahun 542 M. Setelah itu mereka hidup dalam kesulitan. Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh subur di tanah mereka tidak lagi menghasilkan buah seperti sebelumnya. Yaman saat itu termasuk salah satu negeri termiskin dan terkering di jazirah Arab. 

Pada surat an-Nahl ayat 12-13 Allah berfirman: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman tentram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi  (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah.” 

“Karena itu Allah mengazab mereka dengan kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Dan sungguh telah datangkan kepada mereka seorang rasul dari (kalangan) mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya, karena itu mereka dimusnahkan dengan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” 

Mengakhiri tausiahnya, Ustadz Fajri meminta peserta merenungkan kisah kaum Saba dengan perenungan yang mendalam. “Tentu saja kita menemukan suatu yang mengerikan, bagaimana sebuah negeri yang teramat subur lalu menjadi negeri yang kering kerontang dan tandus?” tanyanya retorik. 

Bukan hal mustahil azab Allah akan menimpa negeri kita, sambungnya, jika kezaliman dan kekufuran dipelihara tanpa ada pihak yang mengingatkan. “Allah telah mengabadikan kisah kaum Saba ini di dalam al-Quran dan memberi nama surat yang memuat kisah mereka dengan nama surat Saba,” jelas dia. 

Dia merasakan, itu agar manusia senantiasa mengingat apa yang terjadi kepada kaum terdahulu, kaum sekarang, bahkan kaum yang akan datang. Demikian pula negeri Indonesia yang disebut sebagai negeri zamrud khatulistiwa. 

“Ibarat tongkat dan batu jika dilempar akan bisa menjadi tanaman, ini sebagai gambaran kesuburan Indonesia, hendaklah kita merenungi apa yang terjadi pada kaum Saba agar kita tidak mengulang kisah mengerikan yang menimpa mereka,” ajaknya. (*) 

Penulis Dahlansae Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version