PWMU.CO – Diskusi seputar media sosial digelar SMA Muhammadiyah 4 Lamongan dengan menghadirkan Jurnalis media Kabar 1 Lamongan, Rabu, (4/10/2023).
Narasumber dalam kegiatan ini adalah Bayu Fazari. Ia menyampaikan, bahwa kemajuan teknologi komunikasi nyatanya selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak negatif, khususnya bagi remaja.
“Media sosial ini sangat penting karena bisa memberikan banyak sekali dampak positif dan negatif. Dunia maya berisi berita dan informasi yang tak terhitung jumlahnya,” ucap Bayu.
Menurutnya, keberlimpahan informasi dan literasi tersebut akan sangat membantu bila dapat dapat dimanfaatkan dengan baik. Misalnya membantu remaja untuk mengaktualisasikan diri, membantu proses belajar, berinteraksi dengan teman, bermain game, atau untuk sekedar mengisi waktu luang.
“Sebaliknya, jika hal itu tidak dimanfaatkan dengan baik maka akan menjadi petaka. Jadi anda harus bijak dalam bermedia sosial. Bahkan media sosial itu bisa menghasilkan pendapatan bagi adik-adik, asalkan kalian tau caranya,” ujarnya kepada siswa-siswi SMAM 4 Lamongan.
Dia mengatakan, dalam membuat konten media sosial tidak bisa satu orang, tapi harus punya tim yang betul-betul dapat menjiwai. “Salah satu pendapatan yang paling banyak di media sosial adalah tiktok, dan saat ini tiktok shop ditutup di Indonesia,” imbuhnya.
Dalam hal ini, dia pun mengajak siswa-siswi SMAM 4 Lamongan untuk aktif bermedia sosial. “Ayo kita memperbaiki dan ayo sama-sama kita belajar. Kalau bukan kita siapa lagi?” tanyanya retoris.
Pengertian Media
Dia menjelaskan, dalam pengertian yang sederhana, media sosial merupakan tempat bagi pengguna untuk berbagi informasi, pemikiran, dan perasaan.
“Sedangkan media mainstream (dalam hal ini adalah media massa) merupakan tempat pelaporan (reporting) jurnalistik, yakni pemberitaan peristiwa dalam bentuk berita (news) ,” paparnya.
Sementara dari segi konten, lanjutnya, pemberitaan di media dibuat dan ditulis oleh seorang yang disebut jurnalis atau wartawan.
“Konten media sosial itu diproduksi oleh pengguna dan siapa saja (individu atau lembaga). Media sosial konten-kontennya dapat diisi dengan bebas. Sedangkan, media mainstream berisi struktural yang cukup kompleks,” terangnya.
Menurut Bayu, kesadaran masyarakat secara khusus sangat diperlukan sebagai produsen dan konsumen konten di media sosial. Masyarakat sebagai produsen konten juga harus memikirkan dampak atau impact yang akan dihasilkan dengan pemberitaan tersebut.
“Jangan hanya karena mengejar viral, tetapi justru malah menimbulkan hoaks dan huru-hara di sesama masyarakat yang bermain media sosial. Selain itu, seminar literasi juga harus ditingkatkan agar masyarakat sebagai konsumen dapat lebih kritis dan tidak mudah termakan pemberitaan hoaks di media sosial,” katanya.
Setelah pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama kurang lebih tiga puluh menit. Siswa-siswi diberikan kesempatan untuk bertanya kepada pembicara seputar materi yang sudah diberikan. (*)
Penulis Selamet Priyanto Editor Nely Izzatul