Siapapun Bisa Mendongeng, Begini Tekniknya 

Inge Ariani Safitri (tengah) membahas teknik mendongeng di ruang rapat Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sidoarjo, Selasa (17/10/2023). (Hindari Choirun Nisak/PWMU.CO)

PWMU.CO – Siapapun bisa mendongeng. Hal ini diungkapkan pendongeng Inge Ariani Safitri di ruang rapat Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Kabupaten Sidoarjo. 

Disperpusip mengadakan pelatihan ‘Menguak Teknik Mendongeng’, Selasa (17/10/2023). Sebanyak 50 pengelola perpustakaan sekolah dan desa maupun guru TK, SD/MI di Kabupaten Sidoarjo mengikutinya. 

Salah satunya, ada Hindari Choirun Nisak dari SMP Muhammadiyah 8 Tanggulangin. Sehari-harinya dia menjadi guru bahasa Inggris sekaligus kepala [erpustakaan di sekolah. 

Kepala Disperpusip Kabupaten Sidoarjo Ridho Prasetyo STTP MAP membuka sambutannya dengan menerangkan, “Tujuan dari acara ini untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi guru.” 

Selanjutnya, giliran Kepala Bidang Pembinaan Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Gemar Membaca Lenny Nurmalasari MM menyampaikan sambutan. Setelahnya, Kak Inge–sapaan akrab Inge Ariani Safitri–mengajarkan metode ajar dengan mendongeng kepada peserta didik sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. 

Ketua Pengurus Yayasan Rumah Semesta itu menerangkan, “Jika anak-anak happy maka pembelajaran akan lebih mudah masuk dan dipahami.” 

Dia menegaskan, dongeng bisa membuka dunia imajinasi anak-anak dengan menyajikan cerita yang menarik, di dalamnya ada unsur literasi, numerasi, dan pesan moral. “Sehingga memberikan nilai-nilai pelajaran dalam kehidupan,” imbuhnya. 

Menurut Kak Inge, everyone is storyteller. Maksudnya, siapapun  bisa mendongeng. “Karena dongeng sama dengan komunikasi. Ada interaksi, pesan, ada tanya jawab di situ,” ungkapnya. 

Dia menuturkan, mendongeng dengan teknik read aloud buku atau bahan bacaan harus menarik. “Sehingga ketika dibacakan buku, anak menjadi senang, menyimak, fokus, berimajinasi, dan mendapatkan pengetahuan,” tambahnya. 

Read aloud merupakan aktivitas sederhana di mana kita menyisihkan waktu untuk membacakan cerita secara terus menerus yang berdampak membuat biasa mendengar, mau membaca, dan akhirnya bisa membaca,” terang pegiat literasi ini. 

Dalam pertemuan itu, Kak Inge mengungkap unsur cerita yang meliputi tokoh, alur, setting, konflik, dan penutup. Adapun elemen utama bercerita ialah suara, ekspresi, gesture, percaya diri, imajinasi, dan cerita itu sendiri. (*) 

Penulis Hindari Choirun Nisak Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni

Exit mobile version